Tahun 2024 belum genap berumur 4 minggu, semesta gaming sudah dibuat geger oleh sepak terjang game besutan PocketPair berjudul, Palworld. Sang developer sendiri pun bukanlah pemain senior, lebih tepat jika disebut sebagai pendatang baru di belantika gaming dunia. Didirikan di tahun 2015, developer asal jepang ini praktis baru memiliki 2 portofolio game yang sudah rilis di luar Palworld. Game kartu Overdungeon yang dirilis di tahun 2018 dan game sandbox survival berjudul Craftopia di tahun 2020.
Palworld yang memiliki genre dan gameplay nyaris setali tiga uang dengan Craftopia, mencatatkan rekor yang fantastis, yaitu terjual sebanyak lebih dari 7 juta kopi. Angka penjualan Palworld ini tentunya berpuluh-puluh kali lipat melampaui capaian Craftopia.

Bukan hanya angka penjualan yang fantastis, namun Palworld ini masih berstatus early access, alias game setengah matang yang seiring berjalannya waktu akan terus diperbaiki, ditambal sulam, dan diberikan tambahan konten sejalan dengan feedback dari komunitas. Bagaimana mungkin game yang masih berstatus early access bisa mengalahkan penjualan game dengan budget besar lain yang telah dirilis secara full dan bercokol di Steam selama bertahun-tahun sebelumnya. Tidaklah aneh jika Palworld ini digadang-gadang sebagai the fastest selling for early access game, atau mendapat nominasi pendatang baru paling rusuh di tahun 2024. Bahkan, tidak berlebihan pula jika nantinya kalian melihat Palworld terpampang dalam nominasi beberapa kategori di The Game Awards 2024.

Oh, belum selesai sampai di situ, raihan penjualan sebanyak lebih dari 7 juta kopi itu hanya membutuhkan waktu 5 hari saja. Menurut Geoff Keighley, penjualan tersebut belum termasuk penjualan di luar platform Steam; yaitu penjualan subs Gamepass Xbox dan PC, dan/atau orang-orang yang langsung membelinya di platform Microsoft tanpa berlangganan Gamepass. Palworld juga belum berencana dirilis untuk konsol besar lainnya, seperti Playstation dan Nintendo Switch. Bayangkan, masih begitu besar potensi cuan yang bisa dikeruk sang pemilik game di tahun 2024 ini.
Tidak hanya perkara angka penjualan, Palworld di 5 hari perilisannya mampu bertengger sebagai tiga besar game yang paling banyak dimainkan di sepanjang sejarah Steam berdiri. Per tanggal 25 Januari, Palworld berada di posisi ke-2 dengan jumlah peak sebanyak lebih dari satu setengah juta pemain dalam sehari. Jumlah pemain sebanyak itu menggeser rekor yang dimiliki DOTA 2 sebanyak satu koma dua juta pemain dalam sehari.

Selain perkara angka penjualan dan dimainkan oleh banyak orang, Palword juga sangat ramah bagi para modder dan komunitas pemain bajakan. Palworld versi bajakan ini sudah dapat dimainkan selang beberapa hari dari perilisan dan bahkan bisa dimainkan online dengan para pemain original. Per tanggal 24 ini pun sudah ada modder yang mengganti seluruh character dan line-up monster di dunia Palworld menjadi karakter dan monster yang ada di dalam dunia Pokemon. Bayangkan, sudahlah dimainkan jutaan orang, Palworld juga ramah dan viral di komunitas besar yang juga menjadi bagian demografi dalam sebaran pengguna PC gaming dunia.

Rekor-rekor dan prestasi yang fantastis ini pun membuat sang developer kelimpungan. Bak tak menyangka akan menderita kesuksesan besar, stabilitas server pun terganggu. Rubbering, crash, dan bug saat bermain multiplayer pun tak terelakkan. User Xbox Gamepass pun tak luput dari masalah login dan game yang tidak terbaca di list Gamepass walau sudah berlangganan. Kendati demikian, sang developer sigap menangani keluhan customer dan berjanji menyediakan perbaikan stabilitas server. Tambahan konten seperti raid monster, PvP dan sistem arena juga tidak luput dari isi janji manis tersebut. Intinya, mereka mati-matian menjamin bahwa kelangsungan game survival sandbox ini tidak akan berakhir seperti apa yang banyak gamer pikirkan.

Rentetan kesuksesan besar yang dialami Palworld bukanlah kejadian yang umum di industri gaming. Bahkan, game yang didapuk sebagai GOTY di banyak media besar pun belum tentu menderita kesuksesan seperti Palworld. Toh, Palworld sebenarnya juga tidak menyediakan hidangan paling berbeda di meja makan, apalagi sang developer bahkan juga sempat merilis game dengan genre sejenis di tahun 2020. Game dengan genre survival bukanlah anak kemarin sore di salah satu industri paling panas dunia, industri gaming.
Lantas, apa yang membuat Palworld bisa melesat dan membuat kalian harus menaruh perhatian dan terus membahas game yang berstatus early access ini?
Pokemon is so Famous and People are Tired of it
Menjadi perusahaan yang selama lebih dari 25 tahun terus menghasilkan pundi-pundi keuntungan, bahkan nyaris mustahil untuk mencetak rugi, membuat Pokemon Company menjadi salah satu dari sedikit perusahaan game paling tenar dan paling kaya di alam semesta. Sebegitu sukses dan diminatinya oleh penggemar, seri utama Pokemon selalu mencetak angka penjualan jutaan kopi dalam hitungan jam saja. Hal ini juga yang membuat status eksklusivitas Pokemon di dalam naungan Nintedo selalu terjaga sampai akhir hayat (uhuk Playstation, uhuk). Tidak hanya core dari franchise Pokemon, tapi spin-off dari seri utamanya pun meledak, dari Mystery Dungeon, Pokemon Trading Card, sampai ke Pokemon Go, semuanya menghasilkan cuan tak berkesudahan.

Menderita kesuksesan selama lebih dari 25 tahun ini pula yang nampaknya membuat Pokemon Company berada di dalam zona nyaman. Pokemon dirasa sudah tidak menarik jika hanya terus mengulang mekanik menangkap Pokemon dan mengalahkan Gym Leader. Dari Pokemon Yellow di Gameboy Color sampai Pokemon Scarlet/Violet di Nintendo Switch, sudah sembilan generasi Pokemon, semua dikemas dengan mekanik yang sama. Mekanik Gym Leader pun sampai dengan generasi terakhir cuma mendapat improvisasi minor jika head-to-head dibandingkan dengan Pokemon Yellow. Seri Pokemon praktis terlihat seperti hasil perahan belaka akibat minimnya inovasi.
Tak hanya di ranah inovasi dan ide, perkara grafis dan performa pun senasib dan sepenanggungan – tidak ada kemajuan yang signifikan. Pemakluman-pemakluman dalam hal grafis dan performa yang diterima Pokemon selama belasan tahun terakhir, kini tak lagi bisa dijadikan tempat berlindung dari segala kritikan. Nyatanya, walau paling terbelakang soal spesifikasi mesin, ada banyak game ekslusif Nintendo Switch yang memiliki grafis dan performa moncer seperti Zelda BOTW, TOTK, Astral Chain, dan beberapa lainnya. Pokemon di hari ini sudah tidak bisa berkelit dari grafis dan performa yang buruk di Nintendo Switch.
Stagnasi yang dialami Pokemon ini tentunya membuat banyak pihak untuk berbondong-bondong membuat game dengan meniru mekanik dan model monster di dalam semesta Pokemon. Prinsipnya tentu cuma dua: sekadar menaiki popularitas Pokemon, atau membuat game dengan tema Pokemon yang lebih niat, fresh, dan berbeda.
Kalau kita cari di pencarian google untuk keyword “Pokemon Clones”, akan sangat mudah ditemukan deretan panjang game-game yang memplagiasi terinspirasi dari Pokemon. Sebut saja yang akrab di telinga kalian seperti Nexomon, Temtem, Monster Crown, MinoMonster, Cradle of Monster, Coromon, Obblets, dan Monster Sanctuary. Selain itu, di ranah mobile games, banyak juga bermunculan game turn-base yang terang-terangan mengambil design dan nama Pokemon untuk dijadikan game berbasis gacha. Game seperti ini saking banyaknya, harus terus berganti nama agar bisa lari dari kejaran meja hijau Nintendo.
Apakah game-game yang terinspirasi dari Pokemon ini laku di pasaran? Oh tentu saja. Nexomon dan Temtem adalah salah dua yang mengecap manisnya cuan dengan mengemas ulang tema Pokemon. Bahkan ada banyak yang rela top-up puluhan hingga ratusan juta untuk game mobile gacha Pokemon bootleg. Ini membuktikan bahwa animo masyarakat terhadap Pokemon itu sangat tinggi, sehingga apapun yang nampak seperti Pokemon dan memberikan kesegaran baru, langsung dapat menarik perhatian.

Palworld adalah salah satu dari sekian banyak yang mencoba mengemas kembali tema usang Pokemon menjadi game yang lebih segar, dan mungkin tanpa disadari mampu melebihi ekspektasi, dan it works! Tidak sekadar berhasil, namun mampu menggabungkan fanbase dari genre game survival, shooter, dan farming simulator, untuk berkelompok dalam aksi memperbudak monster yang hakiki.
Akankah Pokemon Company ketar-ketir?

Racikan Mantap dari Berbagai Game Populer
Selain menangkap seluruh Pokemon dan melengkapi Pokedex, seri utama game Pokemon praktis tidak menyajikan end-game konten yang mumpuni. Ketika pemain sudah berhasil menamatkan Pokedex, hal lain yang paling mungkin dilakukan adalah mengumpulkan Pokemon shiny dan breeding. Ya ketika misi utama adalah mengumpulkan Pokemon, misi akhirnya juga kembali mengumpulkan dan beternak Pokemon. Ada yang endingnya bersifat kasual dengan memamerkan Pokemon shiny di sosial media, ada yang berakhir kompetitif dengan breeding Pokemon dengan EV dan IV terbaik untuk bertanding di ranked match atau raiding (konten eventual Pokemon SnS dan S/V).
Apa yang missing dari Pokemon selama ini?
Palworld sendiri berangkat dari racikan dan tambal-sulam beberapa genre populer yang juga viral di beberapa tahun terakhir. Pocket Pair selaku empunya Palworld ini nampaknya sadar betul bahwa riding the waves of popular genre bisa mendongkrak popularitas dengan biaya iklan yang minim.
Kita akan sangat mudah menemukan judul game apa saja yang dijadikan plagiasi inspirasi oleh sang developer. Dari segi penyajian grafis dan modeling character, kita akan mudah menemukan penyajian grafis beberapa franchise Dragon Quest yang dikemas dengan Unreal Engine. Gaya menebang pohon, membangun rumah, yang tentu saja sistem berburu dan meramu, juga sangat kental dengan aroma Vallheim, Son of Forest, dan berbagai jenis game dengan genre survival lainnya.

Kemudian, sebagai bumbu penyedap, Palworld juga diberi sentuhan Michael Bay a-la Transformer. Buat apa hanya bertahan hidup, membangun markas, dan menangkap monster kalau tidak diberi adegan ledakan, baku tembak menggunakan pistol, senapan mesin, flamethrower, dan adu mekanik menggunakan rudal. People love destruction. Game yang awalnya terkesan family-friendly karena menangkap monster-monster imut, hanya dalam hitungan jam langsung terasa seperti Fortnite dan Dauntless. Tidak hanya karakter kita yang mampu menggunakan senjata api tersebut, Pocket Pair nampaknya sadar betul bahwa monster yang diberi kemampuan untuk menggunakan rudal saat ditunggangi akan terlihat sangat keren dan mengintimidasi. Voila! Munculah Jetdragon yang mengguyur lawan dengan siraman rohani rudal.

Kembali ke Pokemon, Gamefreak dan Pokemon Company nyatanya membutuhkan lebih dari 7 generasi untuk bisa menerapkan sistem open world, dan membiarkan Pokemon berkeliaran di alam terbuka. Dimulai pada tittle Pokemon Sword/Shield, lalu Arceus, dan disempurnakan di Scarlet/Violet. Di saat itu juga era random encounter ala klasik JRPG hilang dari jati diri Pokemon. Sang pemilik Palworld nampaknya sudah sedari dulu ingin mewujudkan interaksi langsung dengan Monster di alam terbuka. Akhirnya, dibuatlah berbagai jenis area yang ditinggali monster berbeda, baik di waktu siang atau malam. Tak perlu menginjak rumput, kita langsung dapat melihat monster ini dari kejauhan. Tapi, kali ini grafisnya tidak burik dan dibangun menggunakan Unreal Engine.

Lalu bagaimana dengan perkara traversal danenvironment-nya?
Adanya fitur menunggangi monster, terbang dengan monster, gliding menggunakan parasut, memanjat menggunakan grapple, pengenalan nama suatu area, bahkan sound, ambience, dan user interface, akan mengingatkan kita pada Zelda BOTW. Ini bukanlah kali pertama Pocket Pair dianggap meniru Zelda BOTW. Craftopia pun di awal perilisannya selalu dikait-kaitan dengan Zelda BOTW. Pocket Pair nampaknya juga sangat yakin bahwa segala mekanik open world yang disajikan menyerupai Zelda BOTW dan diberi colouring yang penuh warna-warni seperti Fortnite, langsung membuat orang-orang tertarik dan ingin mencobanya.

Belum selesai sampai di situ, di dalam dunia Palworld, terdapat dungeon-dungeon berisi mini boss yang mudah untuk kita lewati hanya karena luput tidak terlihat. Selain itu, juga terdapat altar atau suatu area, yang apabila kita mengaktifkan altar tersebut, maka kita akan berhadapan dengan monster mini boss. Sekali lagi, Pocket Pair juga nampaknya sadar betul bahwa apa yang disajikan Elden Ring ini adalah hal yang brilian.

Pertanyaan besarnya, apakah Palworld berhasil meramu itu semua menjadi satu hal yang bisa kita cerna sekaligus?
Jika Palworld bisa menyita puluhan atau ratusan jam bermain kalian dalam satu minggu, membuat kalian tidak fokus kuliah atau bekerja di kantor karena selalu kepikiran mau seperti apa membangun desa, melindungi desa dari serangan monster yang tidak jelas apa motivasinya, dan keinginan kuat untuk terus memperbudak monster, Palworld adalah game setengah matang yang kalian cari selama ini.
Eh, sebentar-sebentar, apakah hanya dengan mencampurkan beberapa genre terkenal di atas sudah cukup untuk membuat Palworld begitu kalian gandrungi sampai tembus terjual lebih 7 juta kopi?
The Last Missing Puzzle: Kelas-Kelas Pekerja
Pokemon Company nampaknya memang tidak ingin menonjolkan eksplotasi atau perbudakan Pokemon di dalam seri game utamanya. Hal ini tentu berbanding terbalik dengan anime-nya, di mana Pokemon benar-benar hidup berdampingan dan dipekerjakan manusia. Di seri anime-nya, kita akan sangat mudah menemukan Chansey yang bekerja di Pokemon Center, Geodude yang bekerja di penambangan, atau Machoke yang disuruh angkat alat-alat berat. Namun, di dalam game Pokemon, kita praktis tidak bisa menggunakan Pokemon selain sebagai alat bertarung dan traversal. Baru di dalam seri Pokemon Arceus, prinsip utilisasi Pokemon untuk bekerja di ladang menggarap tanah, menyiram tanaman, dikenalkan ke publik. Opsi tersebut pun sangat terbatas, hanya beberapa Pokemon dan sudah scripted sejak awal. Tidak ada implementasi AI di sana.

Pocket Pair sang empunya game nampaknya sadar betul bahwa monster-monster ini seharusnya mampu memberikan impact lebih dan terlibat lebih banyak ke dalam aktivitas pemain. Monster-monster ini diklasifikasi secara khusus tidak hanya berdasarkan ability dan skill aktif untuk bertarung, namun juga diklasifikasi berdasarkan kelas-kelas pekerja. Ada yang spesifik mampu bekerja di beberapa area pekerjaan seperti crafting, berkebun, dan menambang. Ada juga monster yang hanya punya 1 spesifikasi pekerjaan saja, namun sangat excel alias memiliki efisiensi yang tinggi. Hal ini juga terlihat makin kompleks dengan adanya fitur habit bekerja yang berbeda. Ada yang cepat capek, ada yang senang bermalas-malasan, ada yang rajin namun makannya banyak. Jadi, untuk jenis monster yang sama, dapat memiliki habit bawaan yang berbeda-beda.

Adanya klasifikasi kelas-kelas pekerja pada masing-masing monster ini membuat player harus terus berkelana dan menangkap monster-monster dengan harapan mendapat perks bawaan paling sempurna. Kesibukan player dalam membangun budaya survival ini akhirnya terpecah menjadi dua: menemukan kombinasi monster pekerja untuk menghasikan resource terbaik, dan membawa kumpulan monster petarung terkuat untuk menaklukan dunia Palworld.

Hal inilah yang absen di dalam game Pokemon, atau game-game lain yang mengusung tema Pokemon. Ini adalah kepingan bagian yang hilang, namun mampu membuat banyak orang rela menukar umur dan hari-hari hidupnya di dunia nyata dengan memainkan Palworld. Walau tidak ada yang mampu memprediksi secara tepat kapan viralitas dari Palworld ini berakhir, rekor yang dipecahkan Palworld di platform Steam adalah salah satu bukti bahwa Palworld yang masih setengah matang dan penuh dengan cela ini, nampak begitu menarik untuk tenggelam berpuluh-puluh jam di dalamnya.
Sebagai penutup tulisan panjang ini, jika kalian berpikir bahwa di masa depan akan semakin banyak game survival yang memiliki fitur utilisasi monster sebagai tools untuk menghasilkan resource, memperbudak NPC, atau menerapkan sistem kelas pekerja di dalamnya, maka Palworld memang benar-benar menemukan ramuan terjitu untuk genre survival di masa depan.
Palworld is really suffering from success!
Lalu, sikap apa yang akan diambil Pokemon Company setelah melihat viralitas game setengah matang ini? Mati-matian menutup ruang gerak Palworld, atau justru meniru balik apa yang Palworld rancang ke dalam seri Pokemon terbaru mereka?
Kalau sampai terjadi opsi yang kedua, ini akan menjadi punchline terbaik dari sang mega korpo di industri gaming.
Sampai jumpa lagi di opini tidak populer lainnya!