Reverse 1999: Penjelasan Singkat dari Alur Cerita yang Mumet

RPG Wayang kartu dengan karakter imut, efek battle mewah, dan voice over keren. Emang boleh seniat itu?

Kalau dipikir-pikir, Reverse 1999 tuh salah satu nama yang jarang banget kita temuin sebagai nama suatu game. Ada sekumpulan angka jadi judul suatu game aja udah antik. Unik dan antik. Ini adalah game turn-based RPG yang pake sistem nyerangnya pake kartu (bisa dibilang begitu karena skill-nya ngantre dan berjejer layaknya kartu), dan udah dirancang dengan sulih suara bahasa Inggris secara totalitas. Seperti biasa, game ini sudah duluan rilis di kandangnya, di Tingkok, tanggal 31 Mei 2023. Dan untuk versi global baru bisa dimainkan di tanggal 26 Oktober 2023 pukul 19.00 WIB. Perlu kita ketahui, Reverse 1999 merupakan karya pertamanya Bluepoch sang developer. Perlu kita kasih selamat nggak, nih?

Karena ini cuma sedikit preview dari lore atau story yang memang mumet, gue nggak akan membahas terkait gameplay ataupun seberapa mudahnya meng-gacha di game turn base wayang ini. Jadi tulisan ini hanya untuk membantu para gamer yang kesulitan untuk masuk di lore awal. Mungkin ke depannya akan gue bahas lebih detail dan dibagi per chapter.

Visual Novel Rumit, Pulp Fiction- Wannabe, dan Intellectual Junkie

Dengan setting kota di Eropa, semacam latar di Jerman, Reverse 1999 berlangsung di dunia yang udah ngalamin peristiwa aneh selama bertahun-tahun, dan karakter utamanya punya nama sendiri dengan pemikiran dan motivasi yang unik. Gak bisa dipungkiri, ceritanya lumayan rumit, dan tentunya bikin mumet semua player yang nyoba ngikutin alurnya, apalagi yang tukang nge-skip cutscene.

Tapi kita coba jelasin secara sederhana.

Prologue: This is Tommorrow

Di akhir tahun 1999, ada fenomena aneh yang disebut “Badai,” yang bikin waktu berputar ke belakang menjadi beberapa tahun lalu, mulai dari tahun 1920-an sampai 1990-an. Pada pukul 23:59 di 31 Desember 1999, hujan deras turun. Beberapa detik berikutnya, orang-orang menghilang, lampu jalanan redup, dan tiba-tiba jaman berganti atau mundur ke belakang. Ini lah scene awal yang kita lihat dan Vertin membuka game ini dengan dengan narasi, “Hujan, ah bukan, ini adalah badai. Badai telah datang.”

Hujan badai alias The Storm ini memicu rangkaian peristiwa yang bikin sejarah jadi beda, alias memicu adanya alternate ending di masa depan. Singkatnya, Storm ini adalah pertanda dari kehancuran dan kemunculan suatu era. Storm ini ini juga menciptakan manusia mutan yang disebut Arcanists. Mereka adalah manusia yang punya kemampuan sihir unik dan sangat kuat. Hanya Arcanists dan Time Keeper yang bisa melihat hujan atau badai ini. Walau Arcanists ini kuat, nyatanya mereka juga takut akan badai dan selalu mencari tempat berlindung supaya nggak terkena efek dari badai itu. Manusia-manusia yang nggak jadi Arcanists akan terkena The Storm Syndrome dan bisa hilang dari kehidupan tanpa mereka sadari. Vertin sendiri punya sejarah kelam, doi udah kehilangan ibunya sejak kecil akibat The Storm.

The Time Keeper – Kita bakal jadi Vertin, Sang Penjaga Waktu, yang bekerja untuk Pavlov Foundation. Tujuan kita sebagai Penjaga Waktu adalah mengakhiri “Badai” dan mencari tahu sistem Reverse di dalam Badai ini bekerja, sambil melindungi umat manusia dari Manus Vindictae. Tugas lain dari Time Keeper adalah mencatat munculnya era, dan juga kehancurannya. Time Keeper adalah satu-satunya orang yang mampu menyaksikan detik-detik kehancuran yang disebabkan oleh The Storm, melihat dunia di sekitar berubah, dan menyaksikan waktu menjadi mundur ke belakang. Vertin adalah satu-satunya Arcanist yang mampu melakukannya. Itulah alasan mengapa ia dijuluki Time Keeper oleh Pavlov Foundation.

Saint Pavlov Foundation – adalah semacam organisasi pemerintah yang tugasnya menjaga kedamaian dunia dari Manus Vindictae dan melindungi manusia biasa dari efek The Storm. Pavlov Foundation ini merekrut Arcanist dari seluruh penjuru dunia dan mendidik mereka agar bekerja bagi pemerintah. Oleh sebab itu seorang Arcanist harus terdaftar dan wajib tunduk kepada pemerintah dunia. Ketika Pavlov Foundation berusaha menjaga perdamaian dunia dari The Storm, Manus Vindictae melakukan sebaliknya. Ketua dari Manus Vindictae, mommy Arcana, merekrut para Arcanists untuk menguasai dunia melalui bencana The Storm.

Prologue This is Tommorrow dibuka dengan latar belakang Inggris di tahun 1966. Kita disajikan scene di mana ada seorang cewek dengan aksen british lagi siaran radio di atas kapal. Penyiar radio di kapal APPle ini bernama Regulus. Dalam scene itu terlihat kalo Regulus menolak untuk diamankan oleh Investigator dari Pavlov Foundation. Loh kok bisa diamankan? Hal ini disebabkan karena penggunaan incantantion atau sihir tanpa lisensi adalah tindakan ilegal dan melanggar hukum. Regulus ini diduga menguasai incantation dan tidak terdaftar sebagai Arcanist di Pavlov Foundation.

Asik ini voice overnya Regulus.

Nah, Vertin di dalam misi menangkap Regulus ini dibantu oleh seorang Arcanist hebat yang punya pangkat kapten bernama, Sonetto. Walau sama-sama dibesarkan di Pavlov Foundation, Sonetto adalah seorang investigator yang mahir menggunakan incantation dan memiliki kemampuan bertarung yang hebat. Sedangkan Vertin adalah seorang Time Keeper yang bertugas melindungi dan mengawasi para Arcanist saat bertugas dari Storm yang akan datang. Sonetto juga dibekali skill teleport yang disimpan di dalam floppy disc sehingga dia bisa berpindah-pindah secara cepat untuk mengejar buruannya. Lalu, apakah Vertin juga adalah Arcanist yang hebat? Jawabannya adalah, nggak. Vertin dalam percakapannya dengan Sonetto, merasa bukanlah Arcanist yang andal dan hebat, bahkan dia belum terlatih untuk bertarung menggunakan Incantation. Walau nggak mahir ngeluarin incantantion, Vertin alias MC kita ini punya kemampuan analisa dan intuisi di atas rata-rata. Time Keeper adalah satu-satunya Arcanist yang mampu memprediksi terjadinya The Storm dengan tepat. Regulus yang menolak ajakan Sonetto untuk bergabung dengan Pavlov Foundation pun berusaha lari sampai akhirnya kita memainkan pertarungan Sonetto melawan Regulus. Sonetto menang dan Vertin mendekati Regulus untuk memintanya melakukan sesuatu.

Vertin punya penanda waktu kedatangan badai di pergelangan tangannya. Vertin wajib memastikan Arcanist yang menemaninya bertugas bisa menyelesaikan tugas sebelum The Storm datang.

Nggak hanya seorang Time Keeper, Vertin di prologue ini pun nggak segan-segan ngelawan instruksi dari Pavlov Foundation. Dia ingin menyelamatkan Arcanist-arcanist ini tanpa perlu berurusan dengan Pavlov Foundation. Adanya motif ketidakpercayaan, atau rasa curiga, atau bahkan rasa benci kepada Pavlov Foundation ini menjadi bumbu dalam Reverse 1999. Hal ini juga yang membuat Vertin mengelabui Sonetto di menit-menit akhir sebelum akhirnya The Storm datang. Sonetto yang kehabisan waktu akhirnya terpaksa teleport untuk menghindari bencana The Storm. Misi menangkap Regulus pun gagal. Di adegan ini, Regulus mulai menyadari adanya keanehan yang terjadi, ia mampu melihat hujan yang jatuhnya terbalik, mampu melihat orang-orang mulai berhenti bergerak. Di scene ini juga Vertin mengatakan bahwa Regulus adalah orang yang ia cari, seorang Arcanist.

Di adegan ini dikasihtau kalo Vertin juga suka mengambil foto sebelum dan sesudah Storm terjadi. Berawal dari inilah perjalanan Vertin untuk bisa membuka misteri di balik The Storm. Dia bilang ke Regulus kalau waktu terus berjalan ke belakang semenjak The Storm ada.

The Suitcase – Entahlah, menjiplak atau memang terinspirasi, The Suitcase ini cara kerjanya mirip kayak di film Fantastic Beasts and Where to Find Them, yaitu koper kecil yang isinya adalah suatu tempat yang sangat luas untuk menampung semua jenis Beast di dalam lore atau film itu. Di dalam game Reverse 1999, koper ini isinya adalah suatu tempat yang sangat luas dan berisikan ruangan-ruangan untuk menampung para Arcanist untuk menghindari hujan badai. The Suitcase ini juga menjawab pertanyaan kenapa para Arcanists yang kuat ini kok bisa nurut sama Vertin. Selain nggak mempan kena efek The Storm, Vertin ini punya koper kecil yang di dalamnya terdapat ruangan luas untuk bisa ditinggali oleh Arcanist. Regulus adalah percobaan pertama yang dilakukan Vertin untuk ngetes kemampuan koper itu. Dalam percakapannya, Vertin berjanji akan membantu Regulus terlepas dari kejaran Pavlov Foundation asal mau menghadapi badai bersamanya.

Vertin ngasihtau kalo apa yang terjadi pada kopernya adalah sebuah kebetulan. Dia nggak sengaja nemuin bahwa apa yang ada berada di dalam ruangan kopernya nggak terkena imbas dari The Storm. Untuk itulah dia berencana masukin Arcanist ke dalam sana ketika Storm terjadi.
Regulus terdiam melihat kondisi kota di luar koper yang hancur tertelan waktu dan mundur ke belakang.

Di scene di atas, Regulus terdiam melihat kemampuan sesungguhnya MC kita. Regulus yang dipaksa masuk ke dalam koper kecil itu melihat detik-detik The Storm datang. Pertama diawali hujan rintik berwarna kuning, berwarna pink, yang bergerak terbalik dari bawah ke atas, bangunan-bangunan meliuk layaknya dalam komik, orang-orang di keramaian berhenti, suara menjadi hening, waktu terasa berhenti, dan seketika itu pula Inggris di tahun 1966 hancur dan mundur ke belakang. Regulus melihat itu semua dan Vertin berada di luar sana tanpa terkena imbas apapun. Latar belakang

Di detik-detik ini Vertin juga bilang ke Regulus, "Aku bukan bagian dari mereka, aku di sini untuk melindungimu."
Akibat efek dari The Storm, Vertin kehilangan banyak orang yang dia lihat dan dia kenal. Suitcase adalah salah satu cara dia merekam jejak. Bahkan dia melawan Pavlov Foundation dan berencana menyelamatkan para Arcanist yang dia temui.

Lalu setelah itu, ngapain?

Setelah mendengar semua penjelasan dari Vertin, Regulus mulai terketuk hatinya. Ia mulai yakin kalo Vertin memiliki visi berbeda dari Pavlov Foundation. Vertin menjelaskan bahwa ia akan mengungkap misteri dari The Storm dan mencari jawaban dengan tangannya sendiri. Di sinilah kita masuk ke dalam chapter pertama, In Our Time, yang berlatar Inggris tahun 1929.

Untuk awal rilis, terdiri dari 4 chapter utama yang dibikin kayak sebuah novel. Isi dari chapternya juga banyak, rata-rata belasan stage, puzzle, dan begitu banyak kemumetan percakapan dan informasi.

Reverse 1999 bukanlah game gacha yang ceritanya gampang untuk dicerna. Plot cerita nggak ditulis dari awal, melainkan kita masuk di tengah-tengah peristiwa yang udah mulai berlangsung. Jadi, kita bakal kudu ngejar semua hal, dari siapa itu Vertin, ngapain aja tugasnya, Sonetto itu siapa, apa kaitannya dengan Vertin yang kita mainkan, lalu apa kaitannya ini semua dengan peristiwa “Storm” yang memutar balik waktu. Kita langsung disajikan di tengah ketika Vertin yang kita mainkan ini bertugas sebagai Time Keeper. Ini juga persis kayak Path to Nowhere, game dengan genre tower defense, yang karakter utamanya adalah seorang Chief yang punya tugas untuk mengendalikan kriminal-kriminal berbahaya di suatu kota.

Mungkin kita udah sering nonton film yang plot ceritanya langsung menyajikan adegan epic di tengah-tengah, lalu sedikit flashback ke awal, lalu lompat lagi ke depan, dan kita baru menyadari inti kerangka ceritanya di tengah cerita layaknya Pulp Fiction di tahun 1994. Lalu ada juga yang menulis ceritanya lewat percakapan-percakapan, di mana percakapan-percakapan ini membuat rentetan flashback yang membangun keseluruhan plot, layaknya Oppenheimer. Nah, Reverse 1999 nampaknya terlihat sangat keras untuk bisa tampil dengan penyajian seperti 2 contoh film tersebut. Terlihat sangat edgy, sophisticated, abstrak, dan membuat segalanya makin rumit. Tentu ini bukanlah kabar baik buat player yang udah nyiapin banyak email untuk jualan akun starter.

Karena emang disajikan layaknya visual novel, ya jadi jangan kaget ketika ada begitu banyak plot di Reverse 1999 yang dituang lewat percakapan, log surat kabar, wawancara radio, dan cerita pendek di luar progress misi utama. Meskipun cara ini keren buat ngasitau lebih dalam tentang lore, dunia dan karakter, nyatanya hal ini lagi-lagi malah makin mempersulit pemahaman untuk player yang emang nggak bisa bahasa enggres dan minat bacanya rendah. Ceritanya juga sering pindah-pindah antara karakter dan peristiwa yang berlangsung secara bersamaan. Bahkan untuk memahami apa yang terjadi dengan Schneider di chapter In Our Time, rata-rata player butuh lebih dari 2 kali untuk membaca ulang di Atlas. Jadi, kalau emang niatnya mau cepet-cepet ngumpulin multi-pulls, nggak usah cape-cape mikirin story lah yha, tinggal nonton aja di Youtube.

Lawan utama kita malah yang begini, ya susah lah. Ada yang lumer ke samping tapi bukan es krim.

Tapi untungnya, dari segala kemumetan penuh misteri dan ndakik-ndakik, penulisan cerita Reverse 1999 ini dikemas dengan voice over dan background music (BGM) yang memorable. Bahkan pujian pertama untuk game ini bukanlah dari segi gameplay maupun design, melainkan untuk dua hal tersebut. Namun, apakah story mumet yang dikemas dengan BGM ciamik dan voice over niat udah cukup untuk membuat Reverse 1999 bersaing di belantika game gacha RPG dunia?

By The Weakling Casuls

Menulis berita dan opini seputar gaming setiap hari. Sering kena roasting sama akun anon di grup Facebook PC dan konsol bajakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Index