WB Montreal selaku developer, roman-romannya punya jalan ninjanya sendiri. Berbeda dengan selera pasar di mana game di konsol current gen itu serendah-rendahnya kudu wajib jalan di 60 fps, Gotham Knight cuma dijatah 30 fps dan tanpa opsi performance mode untuk konsol terkuat, PS5 dan Series X. Hal ini sempet membuat internet dan para fans Batman cukup meradang di beberapa minggu sebelum hari perilisan. Dengan adanya tekanan dari pasar ini kirain bakal dipatch jadi ada opsi 60 fpsgitu pas hari perilisan ya, taunya WB Montreal tetep keukeuh untuk menjaga gamenya jalan di 30 fps. Keputusan kenapa Gotham Knights nggak menghadirkan opsi 60 fps di konsol.. ya karena sang developer ingin menjaga keimersifan dari game itu sendiri. Kalau jadi 60 fps, kemungkinan besar resolusi dan tekstur akan dipangkas, dan berimbas turunnya keimersifan dari Gotham City.

Nggak hanya perkara performa, trailer pertama Gotham Knights di tahun 2020 yang menjanjikan rilis di PS4 dan Xbox One alias old gen, pun harus dicancel dan akhirnya cuma dirilis di PC dan konsol current gen. Walau konsol adalah platform paling apes buat mainin Gotham Knights, nyatanya anak PC pun nggak bisa terlalu tersenyum lebar. Optimisasi dan spek requirement yang cukup tinggi membuat Gotham Knights menjadi game yang nggak ramah sama spek PC kentang gamer kebanyakan.
Well.. mengingat nggak sampe dua bulan berselang harga Gotham Knights udah sempet didiskon 40-50% di semua platform, apakah Gotham Knights mampu meneruskan kesuksesan dari game-game bertema sang kesatria malam di belantika gaming dunia?

Inilah honest review dari game tentang tingkah dan polah anak-anak asuhan Batman ketika disuruh menjaga keamanan di kota Gotham..
The Core Story
Berbeda seperti yang gue terka di awal, cerita utama di game ini bukanlah tentang bagaimana Gotham Knights pertama kali terbentuk, atau kenapa bisa ada Gotham Knights, melainkan 4 karakter ini udah terbentuk gitu aja dengan penjabaran sejarah singkat di tengah-tengah permainan. Bagi kalian yang mungkin nggak ngikutin komik Batman, atau nggak nonton serial animasinya, mungkin akan sedikit roaming dengan karakter Nightwing dan Red Hood di Gotham Knights. Walau begitu, nggak usah khawatir, ada deskripsi dan sejarah masing-masing karakter di beberapa adegan dengan Alfred dan dengerin Audio Log milik Batman.

Karena Batcave sebagai markas utama udah hancur di cutscene awal, aktivitas di dalam game ini akan kita habiskan di dalam markas baru yang bernama, Belfry. Di sini kita akan menganalisa clue yang udah didapat dari patroli malam sebelumnya, melakukan training, flashback memori-memori bersama Alfred, mengurai benang merah dari teka-teki kematian Bruce, dan menguak misteri apa yang tersimpan di dalam Gotham City.

Alih-alih menemukan jawaban motif dari penjahat yang membunuh sang Batman, Gotham Knights malah menemukan fakta yang lebih mencengangkan: Gotham City dijadikan medan perang antara 2 kubu yang tengah berebut sumber daya alam. Gotham City dalam bahaya, Gotham Knights terjepit di tengah-tengahnya, dan Batman telah tiada.
Eitt belum kelar di situ aja, ketika ada 2 kubu yang bertarung, kota Gotham juga masih disiksa sama musuh-musuh Batman terdahulu yang jadi villain sampingan di game ini.

Kasian yha warga Gotham..

Characters and Interaction
Setelah menonton adegan kematian Bruce Wayne dan kehancuran Batcave, game dimulai dengan memilih salah satu karakter untuk dimainkan pertama kali. Nggak hanya dari jenis senjata yang dipake dan cara bermain, 4 karakter di Gotham Knights ini pun disajikan dengan kepribadian yang sangat kontras antara satu dengan yang lain.
Ada Dick Grayson (Nightwing), si paling akrobatik yang dipersenjatai dengan dua pentungan satpam. Dick Grayson yang punya sejarah panjang sebagai the first son of Batman ini digambarkan dengan karakter sangat bijaksana, tenang, dan pemersatu team. Kita akan sangat mudah menebak kalau doi adalah ketua kelas di Gotham Knights. Nightwing adalah representasi Leonardo di TMNT.

Ada Jason Todd (Red Hood) yang mukanya kayak Granit Xhaka dengan badan binaragawan yang dipersenjatai dengan dua pistol. Si anak paling bandel ini udah pernah merasakan kematian, lalu idup lagi di Lazarus Pit. Bangkit dari kematian membuat Jason Todd hampir kehilangan sisi kemanusiaannya dan memiliki tempramen yang meledak-ledak. Bruce akhirnya berhasil mengembalikan sisi kemanusiaan Jason Todd dengan terapi dan rehab. Tempramen tinggi dan meledak-ledak ini mengingatkan gue ke Raphael di TMNT.

Kemudian ada Barbara Gordon (Batgirl), anak dari polisi Gotham yang sangat melek tehnolohi dan bisa ngehack. satu-satunya karakter perempuan yang sangat pintar dan berhati-hati di setiap kesempatan. Penuh dengan intuisi dan sering menjadi jawaban dari kebuntuan rekan-rekannya. Ini mirip banget kayak Donatello di TMNT.

Dan yang terakhir ada Tim Drake (Robin), bocah nerd berbadan kecil dengan kemampuan stealth dan jago mainan tongkat. Doi adalah karakter terakhir yang direkrut masuk ke dalam Gotham Knights. Tim Drake digambarkan sebagai bocah easy going yang banyak cakap dan kerap berusaha melucu di tiap kesempatan. Loh kok mirip sama Mbappe di TMNT?

Teenage Gotham Turtle Knights!
Lalu, gimana soal interaksi dan keterkaitan satu sama lain di dalam karakter Gotham Knights? Buat kalian yang udah pernah mainin game action superhero atau game dengan playable hero lebih dari satu macem Marvel Avenger, Guardian of Galaxy, atau game Action RPG macem Final Fantasy 7 dan Tales of Arise, Gotham Knights.. ngg, bukanlah yang pintar dalam cara penyajiannya.

Dari empat karakter, karakter yang kita pilih atau kita mainin duluan akan nyaris berpetualang sendirian di dalam misi utama dan misi sampingan. Pokoknya apa-apa sendirian, deh. Lho, sisanya ke mana? Nggak tau, kita hanya akan dipandu pake alat transmisi percakapan dari markas. Kalau diliat dari percakapan lewat alat itu, ya tiga karakter sisanya ya ngetem di markas. Lha, suwe bener.

Buat gue, salah satu masalah besar selain cara penyajian open world di game ini adalah minimnya keterkaitan dan keterlibatan antar karakter. Kita nggak bisa melihat teman Gotham Knights kita berpatroli bersama, mencari clue, atau bahkan grinding bareng. Interaksi antar karakter di game ini hanya disajikan dengan cutscene di markas kayak makan bareng, brainstorming kasus, bersenda gurau, ngobrol bareng Alfred, atau bahkan ngulak ngulik perlengkapan di Batcomputer.

WB Montreal lebih memilih konten interaksi dan keterlibatan di medan perang ini disajikan secara multiplayer… yang justru membuka perjudian besar di kemudian hari. Iya kalau multiplayernya rame, kalau ngga?
Graphic and The Whole Gotham: Kemasan Cantik untuk Jiwa yang Kosong
Saat ada developer yang bangga mempertahankan performa seadanya di konsol current gen demi grafis memukau, pertanyannya udah jadi sangat sederhana: emang seberapa bagus sih grafiknya?
Secara sekelebat, penyajian grafik dalam Gotham Knights ini yhaa.. bagus. Running dengan natif 2160p alias 4K untuk PS5 dan Series X. Memukau. Ketika 2 jam pertama bermain, tentunya gue dimanjakan dengan pesona jalanan becek di malam hari yang terkena sorotan lampu jalan, kerlap-kerlip remang dari lampu neon yang menghiasi beberapa bagian di kota Gotham, dan asap atau kabut tebal di tiap sudut atau lorong gelap. Setiap ray tracing ke objek dalam game ini makin memperkuat suasana mencekam di Gotham City yang terkenal kelam, berdebu, penuh karat, dan angker.

Implementasi ray tracing dalam game ini sukses membuat gue ngebatin, “Gila ye, warga Gotham kok tahan ya tinggal di mari, rumah sakit aja nggak pernah disapu, berdebu semua, nggak pernah dipel apa ini lantai..” Kadang gue juga kayak ngerasa sesak nafas gitu ketika menyelusuri sudut-sudut sempit dalam bangunan Gotham. Partikel debu yang tersambar cahaya ini bener-bener bikin suasana jadi angker. Top markotop.

Yha, sampai pada akhirnya belasan jam bermain, gue tersadar kalau ini cuma kemasan aja. Seperti tertipu wajah cakep yang ditiban filter berlapis-lapis. Detail dan penyajian mencekam ini ternyata cuma gue rasakan ketika ngejalanin misi utama dan nggak diimbangi dengan kehidupan di dalam kotam Gotham itu sendiri. Bahkan semati-matinya kota yang Ubisoft pernah bikin di dalam game open world, nggak akan bisa menandingi betapa kosong dan lifeless-nya kota Gotham di dalam Gotham Knights. Kalian akan sangat gampang menemukan titik di mana para kriminal lagi melakukan aksinya, lalu ada warga yang lagi jalan kaki dengan santainya di depan mereka, bahkan duduk-duduk sambil baca koran.
Di titik inilah akhirnya gue makin relate betapa kasiannya game ini yang dibanding-bandingin dengan Batman Arkham Knights. Kota Gotham yang dirilis tahun 2015, ternyata masih jauh lebih imersif dari kota Gotham yang ditawarkan Gotham Knights.
Setelah menamatkan seluruh misi utama di game ini, gue jadi nyesel kenapa Gotham Knights nggak dirilis dengan konsep full linear story aja, toh banyak cinematic cut scene yang dramatis. Nggak perlu dibikin bisa roaming dan jalan-jalan di open world yang akhirnya kentang banget. Sampai detik ini pun gue masih yakin kalau Gotham Knights ini awalnya dibangun full linear story driven, sampai pada akhirnya ditambal-sulam dengan gimik open world.
Traversal System
Selain sistem open world yang kentang, Gotham Knights juga masih harus berurusan dengan sistem traversal yang kualitasnya menurun dari Batman Arkham Knight. Nggak ada lagi tuh yang namanya aksi kejar-kejaran atau baku tembak dengan Batmobile, sekarang kita cuma bisa patroli menggunakan Batcycle di malam hari. Batcycle ini pun pada akhirnya cuma berakhir jadi kosmetik belaka tanpa adanya optimisasi atau tuning, dan tanpa adanya opsi untuk upgrade apapun di mesin motornya. Kalau boleh dicompare dengan pengalaman mengemudi motor di game dengan genre open world, Batcycle mungkin bisa dibilang salah satu yang paling buruk. Mentang-mentang superhero, kita bahkan nggak akan bisa terjatuh dari motor ketika nabrak obstacle dengan kenceng. Bahkan rag doll atau animasi ketika nabrak musuh dan pejalan kaki pun absen di sini.

Lalu ada Grappling Hook yang jadi ciri khas Batman di Arkham Knight. Kali ini, para punggawa Gotham Knights kayaknya lebih canggih bergelantungan di antara gedung daripada gurunya sendiri. Saking canggihnya grappling hook di Gotham Knights, gue jadi lebih banyak menghabiskan waktu dengan bergelantungan dengan grappling hook daripada naik motor. Lebih cepet, bre.

Belum selesai sampe di situ, kota Gotham yang cuma sekecil itu pun tetep dikasi sistem fast travel dengan animasi yang heboh. Ya, kita bisa berpindak dari satu titik ke titik lain menggunakan gondola canggih buatan temennya Bruce Wayne. Sistem fast travel ini lagi-lagi hanya bisa dibuka dengan menjalani misi sampingan.

Selain Batcycle dan sistem Fast travel yang heboh, Gotham Knight juga punya satu lagi sistem traversal kalau kita bosen naik motor atau bosen ngeliatin animasi fast travel yang nggak bisa diskip. Yha, masing-masing dari punggawa Gotham Knights punya ability traversal di kota dengan ciri khasnya masing-masing. Skill ini ada di tree Knighthood. Skill ini pun juga hanya bisa dibuka dengan menyelesaikan Challenges yang punya requirement tertentu.

WB Montreal kayaknya udah tau banget kalau kita nggak akan terlalu nikmatin perjalanan dan pemandangan di kota Gotham sampai harus membuat banyak opsi untuk buru-buru sampai tujuan..
Misi Sampingan yang Sama Kuatnya dengan Misi Utama
Gotham Knights adalah suatu game yang pada akhirnya bukan dibangun dari misi utama, melainkan misi sampingan. Misi sampingan di dalam game ini tu jelas dan padat: Menghabisi kriminal-kriminal yang tersebar di seluruh kota Gotham. Para kriminal yang nggak ada habisnya ini adalah jiwa dari game ini. Misi sampingan ini tersaji ke dalam beberapa jenis aksi kriminal (merampok gedung, aksi penjualan organ manusia, drug dealer, dan menyandera warga sipil) yang akan terus menerus diulang dan muncul di dalam map. Tipe-tipe kriminal juga terbagi ke dalam beberapa varian yang akan mendukung beberapa villain di luar villain utama. Nggak hanya itu aja, misi-misi sampingan ini juga jadi satu-satunya jalan untuk mencari clue, grinding material, membuka armor dan senjata baru, atau bahkan sampai membuka jalan untuk membuka misi yang ujungnya adalah ngelawan villain tambahan.

Saking krusialnya misi sampingan di Gotham Knights, belasan jam melakukan hal ini di sela-sela misi utama bakal terasa sangat repetitif dan membosankan. Nyaris semua hal di Gotham Knights dibangun lewat sistem fetch mission, alias doing favor ke banyak NPC yang secara terus menerus minta bantuan yang tentunya kita akan diberikan reward, dan begitu seterusnya sampe uninstall, jual akun steam, atau jual kaset PS.

Gameplay, Combat, and Mechanics
Seperti yang udah kalian tonton di trailer maupun nonton gameplay-nya di Youtube, Gotham Knights adalah game action adventure yang diberi sedikit sentuhan RPG berupa skill tree dan angka-angka pada melee weapon, range weapon, dan armor. Selain itu, skill tree dan angka-angka pada equipment ini juga dipadupadankan dengan status atau ailment freeze, poison, burn yang melekat di beberapa senjata. Kombinasi dari RPG sederhana ini akan memunculkan beberapa atau banyak build dalam membangun salah satu karakter dari Gotham Knights. Masing-masing equipment ini juga disajikan layaknya game RPG pada umumnya, yaitu punya level dan tier rarity dari common sampe legendary.

Hal yang paling berbahaya dalam memadu-madankan build di Gotham Knights, menurut gue, justru ada di bagian Mod. Masing-masing equipment (melee, armor, range) dapat diselipin satu atau lebih Mod yang khasiatnya seperti memakai dua senjata sekaligus. Mod di sini juga punya level dan rarity seperti equipment lainnya. Jadi, pastikan sebisa mungkin kalian crafting melee, range, dan armor yang punya slot paling banyak untuk bisa dipasang mod. Pertanyaanya, gimana untuk dapetin material crafting, mod, dan sebagainya? Yha, lagi-lagi dari ngebasmi kriminal yang nggak ada habisnya dan fetch mission dari NPC yang tersebar di seluruh map.

Lalu, gimana dengan mekanisme combat alias mekanik bertarungnya?
Pada dasarnya, game dengan karakter Batman di Arkham Knight atau Return to Arkham, sebenernya udah membuat suatu mekanik bertarung yang sangat ikonik, dan bahkan sampe bisa menginspirasi cara bertarung untuk game superhero lainnya. Mekanik bertarung ini disebut, Free flow Combat. Mekanik sat-set-sat-set ini juga diimplementasi di game-game Spider-Man. Gotham Knights pun demikian, free flow combat ini di-enhance dengan pendekatan dan gaya bermain berbeda untuk masing-masing karakter. Masalahnya, free flow combat ini nggak seluwes yang kalian bayangkan, atau dengan standar Spider-Man.
Yang jadi drawback-nya, WB Montreal ini juga sedikit menerapkan mekanik gitgutdi dalam pertarungan melawan boss/villain. Free flow combat yang dikawinkan dengan ketangkasan ala soulsborne ini gue rasa adalah racikan yang kurang tepat. Atau lebih tepatnya, kurang masuk akal. Wah noob banget nih masa main game gitgut aja ngga tahan? Yha, masalahnya movement para punggawa Gotham Knights ini clunky banget, asli. Berat, kaku, dan kadang kayak nggak responsif aja. Kalo soal berat-beratan, ya mending main Dark Soul aja sekalian. Rasa-rasanya free flow combat begini ya nggak dirancang buat penikmat kesulitan tinggi. Yha tinggal sat-set-sat-set aja.
Lalu, apakah Gotham Knights jadi game yang sulit alias punishing? Ya, nggak sih. Cuma less rewarding dan less satisfying aja. Kok bisa begitu? Yha, menurut pemahaman dan mindset gue dalam memainkan suatu game yang punya mekanisme kombat free flow, Gotham Knights gagal memberikan pengalaman tersebut. Harusnya, game dengan kombat yang sat-set-sat-set ini ending-nya satisfying. Kayak Batman Arkham Knights atau Marvel Spiderman tahun 2017 dan Morales.
End Game Content and Replayability
Seperti yang gue bilang di depan, ketiadaan opsi berpetualang antar sesama karakter Gotham Knights secara offline ini memanglah sebuah perjudian besar. WB Montreal nampaknya lebih yakin kalau Gotham Knights bakal banyak dimainkan secara multiplayer daripada secara single player dan offline kali, yha. Misi campaign, misi sampingan, atau sekadar roaming di kota Gotham hanya bisa dimainkan secara online multiplayer sebanyak dua orang aja. Ini adalah satu-satunya cara untuk melihat dua karakter Gotham Knights di luar markas dan bisa jalanin misi bersama.

Untuk end game konten secara offline, Gotham Knights hanya punya fitur New Game+ yang akan membuat kota Gotham diisi dengan para kriminal yang lebih tinggi dan membuka sistem crafting Legendary equipment. Lalu ada sistem assassination criminal yang punya bad reputation dengan berbagai macam rewardnya. Kalau kalian udah di titik jenuh jalanin campaign di game ini, berarti kalian udah kehilangan satu alasan besar untuk tetap berlama-lama di kota Gotham.
Tapi jangan khawatir, di penghujung November 2022 kemarin, WB Montreal udah menyiapkan satu alasan lain yang bisa bikin kalian balik lagi buat mainin game ini. Yha, konten multiplayer 4 orang dengan sebutan Heroic Assault. Butuh waktu 1 bulan dari perilisan untuk bisa menemukan 4 karakter Gotham Knights bisa mabar dan pukul-pukulan bersama.

Mabar dan berkeliling menjalani misi-misi di kota Gotham? Oh, jangan harap. Konten terbaru atau Heroic Assault ini adalah konten yang bertipe menghabisi wave enemy di tiap lantai atau stage. Ada total 30 lantai yang bisa kalian habisi sambil sedikit demi sedikit mengupgrade equipment hasil nge-loot di konten ini. Kalau kalian udah hatam beratus-ratus jam di game Marvel’s Avenger atau Outriders, konten Heroic Assault ini nggak akan menawarkan apa-apa selain melihat rasa kantuk kalian ditelan bulat-bulat oleh layar monitor atau tv.

Final Verdict
Semenjana dan seadanya saja.
Mungkin itu adalah sedikit kata paling jujur untuk meringkas tulisan yang sangat panjang ini ke suatu game yang harga standarnya aja udah di atas 749 ribuan di Steam, 750 ribuan di Xbox region Turki, dan nyaris satu juta rupiah di Playstation region Indonesia. Kita nampaknya emang harus mengakui kalau game superhero yang mainnya beregu alias karakternya ada banyak, akan mengalami kesulitan yang sama: Harus dibikin kayak gimana progres antar karakternya, main bareng tapi nggak bisa dikendaliin semua, atau main sendiri-sendiri tapi minim interaksi dan kohesi antar karakter. Bukannya meniru game yang berhasil memadu-madankan antar karakter macem Galaxy of Guardian, Gotham Knights malah mengikuti jejak Marvel Avengers. Permasalahan ini kayaknya gue prediksi bisa juga terjadi di Suicide Squad yang rilis di pertengahan 2023 mendatang.
Setelah sepanjang ini gue curhat tentang Gotham Knights, gue pun masih sulit untuk memberikan porsi lebih ke hal-hal yang sebenernya emang bagus di Gotham Knights. Story dan cutscene di game ini adalah salah dua nilai plus yang mungkin – atau malah seharusnya bisa ditulis lebih panjang dan mendapat apresiasi lebih di banyak media review. Tema yang diambil mungkin sepele, tapi penyajiannya rapi. Kita nggak akan mudah menebak apa yang sebenernya terjadi di kota Gotham sampai di titik cutscene tertentu. Di kota Gotham yang korup ini, Batman yang keliatannya kerja berdua aja sama Alfred, ternyata punya banyak contact yang membantu secara silent di tengah pertikaian. Kita bisa menemukan bahwa betapa sulitnya Gotham City tanpa Batman, dan Gotham Knights nggak punya reputasi yang cukup untuk menyelamatkan Gotham.
Walau secara keseluruhan Gotham Knights nggak sebagus dan nggak menawarkan banyak hal baru seperti yang kalian harapkan, atau bahkan tampil lebih baik dari Arkham Knight, Gotham Knights punya niat yang baik untuk menjadi game yang decent atau game action-packed superhero masa kini. Kalau aja game ini dibangun dengan konsep linear dan story-driven, bukan open world, Gotham Knights nggak akan bernasib semedioker ini.
Buat kalian yang ngefens dengan apapun yang bertema Batman, Gotham Knights bisa mengobati rasa penasaran itu dengan kualitas grafis yang cukup moncer walau nggak sebanding dengan harga lebih dari 500 ribu rupiah. Gue rasa angka 6.7/10 itu udah nilai paling tinggi yang bisa gue kasih untuk anak asuhan Bruce Wayne.
Selamat menantikan game ini didiskon jadi lebih murah lagi untuk bisa memainkannya!
Sampai jumpa di game-game selanjutnya!