Outriders Worldslayer: The Honest Review

People Can Fly selaku developer pernah menyematkan update yang nggak minor-minor amat di 6 bulan setelah tanggal rilis dengan sebutan, New Horizon. Nama update yang lebih kerasa kayak game Animal Crossing ini ngasih fitur transmog armor, tambahan 3 misi di end game konten, dan nge-patch bug-bug yang dipake sama pemain buat exploit loot selama 6 bulan terakhir.

Sempet dirasa banyak player kalau Outriders akan bernasib sama dengan Anthem, akhirnya, setelah hampir 14 bulan menyajikan aksi dar der dor dengan drop rate yang ampas tak berkesudahan, Outriders berhasil menjawab keraguan itu dengan merilis ekspansi pertama dan terbesarnya – semoga bukan jadi yang terakhir – dengan sebutan, Worldslayer. Rilis di akhir bulan Juni 2022 kemarin, Worldslayer nggak hanya memberikan gear set baru, tapi juga memberikan sedikit tambahan cerita, tambahan keruwetan angka dan presentase yang dikemas ke dalam passive skill tree, dan tentunya inti dari game rusuh ini sendiri: tambahan konten buat grinding ratusan jam.

Buat gue pribadi, Outriders Worldslayer adalah GOTY material. Buat kalian yang merasa ini akan menjadi review yang penuh pujian, kalian benar. Buat yang merasa ini akan berakhir jadi konten marah-marah dan sindiran, kalian juga benar. Huruf “G” pada GOTY ini bisa kalian tentukan sendiri, bisa jadi Gatot, Gondok, Gatheli, Gacor, atau umpatan lain berawal dengan huruf G.

Tulisan ini dipersembahkan oleh seorang gamer yang selalu menggerutu dan komplen di tengah permainan, tapi nyatanya tetep dimainin sampe ratusan jam. Nggak hanya ratusan jam, ngulik build sana-sini, grinding ke sana ke mari, tapi juga sampe 100% achievement. Outriders Worldslayer adalah love-hate relationship buat orang yang hobi main game looter-shooter.

Masokisma Trophy Achievement: Unlocked.

Apakah ekspansi Worldslayer mampu mengubah pandangan banyak orang tentang Outriders selama ini?

Mari kita menggatot bersama Outriders Worldslayer!

Buat yang lebih suka versi bahasa inggris, bisa cek yang ini.

WHAT’S NEW ON OUTRIDERS WORLDSLAYER?

NEW STORY

Walau disebut sebagai ekspansi yang besar, nyatanya durasi cerita dari Worldslayer ini mungkin cuma 30% dari durasi cerita di base game Outriders. Campaign Worldslayer yang bisa ditamatkan antara 4-8 jam ini berbanding jauh dengan campaign base game yang baru bisa tamat setelah 20-25 jam. Keluhan gamer banyak berawal dari sini. Durasi cerita utama atau campaign yang ideal dalam suatu game ini kayak makan mi goreng aja jadinya, sebungkus kurang banget, lima bungkus takut usus buntu, sepuluh bungkus langsung diopname.

Nah, campaign dari Worldslayer ini tu kayak makan mi goreng sebungkus nggak pake telor, dan masih juga dimintain temen satu tongkrongan. Udah kurang banget, akhirnya sampe licin tandas tu mangkok mi goreng dijilat-jilatin. Inilah yang terjadi di Worldslayer. Masih berusaha memroses alur cerita di tengah-tengah, sebenernya disuruh ngapain ini sih dar der dor aja dari tadi, elah, tau-tau ketemu ending boss dan tamat.

Kata orang tua jaman dulu, nggak boleh foto bertiga karena yang tengah mati duluan. Dan beneran, itu yang tengah kalo main mati mulu. Gue yang ada di tengah.

Alur dan setting waktu yang dipake di Worldslayer ini berdekatan dengan end game konten dari base game Outriders – yaitu gimana caranya nurunin Pods dari kapal induk yang isinya orang-orang bumi dan segala hal yang dibutuhkan untuk bertahan hidup di Planet Enoch. Buat yang nggak paham alur ceritanya dari awal, intinya Outriders ini jadi pasukan untuk mempersiapkan manusia bisa pindah dari bumi dan menetap di Planet Enoch.

Planet Enoch ini jadi makin surem dengan bertambah kuatnya badai Anomaly. Karena udah terlanjur nurunin banyak manusia bumi lewat Pods – yang menjadi end game konten base game Outriders – maka Outriders kudu mempelajari kenapa badai Anomaly di Planet Enoch makin ganas. Akhirnya, usut punya usut, mereka kudu minta bantuan ke ilmuwan yang diduga telah berpihak ke musuh.

Badai Anomaly ini nyatanya menguntungkan Altered – orang yang udah kena badai Anomaly tapi nggak mati dan malah jadi superhuman kayak char kita – yang ingin menguasai planet Enoch dengan kekuatan magisnya. Jadi para altered yang udah kayak Dewa ini pengin menjadikan Enoch sebagai kerajaan mereka sendiri. Yaa.. biasalah, urusan sengketa tanah gini. Kita sebagai Outriders yang berpihak pada humanity ini, nantinya bertujuan untuk menghentingkan badai Anomaly sampai ke akar-akarnya supaya Planet Enoch bisa layak huni kayak bumi jaman dulu.

Buat yang nggak ngikutin cerita dan apa aja yang terjadi di konten base game, bisa baca reviewnya di sini.

Untuk bisa mempelajari atau bahkan menemukan cara untuk menghentikan badai Anomaly, seperti yang gampang diduga, akan dihadang oleh suatu kaum Altered lain yang dipimpin oleh Commander Ereshkigal. Game akan dimulai dari kita mencari clue untuk menemukan ilmuwan yang diduga berpihak ke Ereshkigal, terus kita ketemu sama yang namanya The Pax Shaman, lalu sat set sat set, dan dan.. tamat.

Ereshkigal ni sebenernya cakep dan seksi, jangan-jangan yang meranin si Kristen Stewart.

Worldslayer sebenernya punya niat cerita yang baik, yaitu bagaimana nafsu menjadi Dewa terkuat membuat seseorang melupakan sisi kemanusiaan. Tapi ya gitu, niat yang baik aja nggak cukup. Juga perlu diimbangi dengan niat bikin cerita yang ditulis dengan baik dan nggak buru-buru. Gue nanya ke empat orang temen yang main Worldslayer (iya, cuma empat orang yang rela beli), “Cerita Worldslayer tuh gimana, si? Intinya tu ngapain, si?”

Jawaban mereka tegas, “Ada laaah, pokoknya tembak tembak aja sampe ketemu cewek gurita, siapa tu namanya, yang ada tentakel-tentakelnya gitu, tamat deh.”

Melawan monster gurita.

Sungguh sangat menjelaskan inti cerita dari Worldslayer..

NEW GEAR

Gear atau equipment berupa set piece 5 armor dan 3 jenis senjata adalah salah satu dari dua hal yang jadi jualan utamanya Outriders. Masing-masing piece ini berisikan mod atau perks yang akan mendukung cara bermain kita. Baik dari passive skill tree maupun skill yang dipake. Yaa, intinya build dari char kita, lah. Di base game Outriders, rarity tertinggi ini disebut Legendary Equipment.

Nah, mod yang tadinya hanya ada 2 biji di masing-masing piece,  di dalam Worldslayer jadi ada 3. Ketambahan 1 mod yang nggak bisa diganti, alias the God Roll. Inilah yang bakal dicari mati-matian di end game konten. Equipment berisi 3 mod ini disebut Apocalypse Gear dan hanya bisa ditemukan ketika kalian udah membeli Worldslayer.

Apocaliypse Gear terbaru, ada tambahan 1 mod yang... ngga bisa diganti kayak biasa. Di sinilah awal mula grinding tanpa batas. Mencari God Roll!

Kalo ditotal, ada 2 set baru untuk masing-masing class. Lalu ada 4 set universal baru dan beberapa piece geat tanpa set yang bisa dipakai untuk semua class. Belum selesai di situ aja, Worldslayer juga ngasih total 16 senjata baru yang wajib dicari di end game konten. Dengan total new gear ini, tentunya jadi ada puluhan mods baru yang bisa dipake untuk ngeracik build yang diinginkan. Mods ini pun bakal memperluas dan memperkaya variasi build yang ada di Outriders.

Yahhh, walau akhirnya yang dipake tetep yang itu-itu aja. Haha.

Dua tambahan armor set baru untuk masing-masing kelas. Jadi, kalau ditotal dengan konten base game, masing-masing kelas punya 6 set armor spesifik untuk 6 jenis build berbeda.

NEW DIFFICULTY TIER

Sejalan dengan cerita musuh utama kita yang lebih kuat dari kaum altered di base game Outriders, yaitu kaum altered yang dipimpin oleh Ereshkigal, tingkat kesulitan di Worldslayer pun jadi ikutan menigkat. Nggak tanggung-tanggung, naiknya sampe 25 level atau 25 tier dari kesulitan sebelumnya.

Di base game Outriders, campaign dan end game konten dibagi menjadi 2 tingkatan; World Tier dan Challenge Tier. Dua tingkatan ini punya 15 level atau 15 tier. Nah, di Worldslayer, tingkatan ke-16 sampai 40 ini disebut dengan Apocalypse Tier. Jadi, grinding lagi tu dari Tier ke-16 sampe ke-40. Progresnya tetep sama, semakin tinggi tier, semakin besar presentase buat drop Apocalypse Gear dan semakin banyak exp yang dibutuhkan.

Mamam tu grinding..

Tingkat kesulitan baru yang disajikan Worldslayer. Itu kalau dimentokin ke kanan, tier-nya sampai 40. Bener-bener bisa mengancam kehidupan bersosial dan bertetangga ini..

NEW CURRENCY TO GRIND

Outriders menerapkan sistem currency berlapis di dalam gamenya. Ya beginilah kalau jualannya emang di sesi grinding. Currency ini berupa material untuk membeli, meng-gacha, mengupgrade tier, menaikkan level, sampai menaikan atribut pada masing-masing set armor dan senjata.

Seperti belum cukup dengan banyaknya material yang dibutuhkan pada base game, People Can Fly malah nambahin lagi  currency baru bernama Anomaly Extract yang digunakan sebagai tambahan requirement untuk menaikkan level dan membeli equipment Apocalypse.

Liat nih, nambah-nambahin kerjaan aja kan. DItambah satu lagi alasan buat grinding.

Masalahnya muncul dari betapa sedikitnya Anomaly extract yang didapat dari sekali run Trial Tarya Gratar (didapat dari hadiah mini boss, boss, final boss, dan salvage gear Apocalypse), jika dibandingkan dengan cost yang diperlukan untuk menaikkan level suatu armor atau senjata. Ambil contoh, pada Apocalypse Tier 24, gear yang didrop dari Trial Tarya Gratar adalah level 59. Sekali run di trial tier tersebut, kemungkinan dapat Anomaly Extract-nya sekitar 1k – 1,5k dan itu udah sekalian dari hasil salvage hasil loot gear Apocalypse. Nah, untuk menaikkan satu piece gear Apocalypse dari level 58 ke 59 membutuhkan Anomaly extract sekitar 2,5k – 3,2k. Itu baru satu piece, keseluruhan armor total ada 5 piece. Belum lagi 3 senjata yang kita bawa.

Terus gimana caranya supaya nggak kebuang sia-sia Anomaly extractnya? Ya hanya menaikkan level gear yang paling punya mods atau roll terbaik aja. Makanya akan ada banyak pemain yang mungkin nggak sama rata level armornya. Hanya akan ada 3 set penting yang paling tinggi levelnya. Sisanya akan menyesuaikan hasil drop loot dari Trial.

Belum selesai gue menulis komplenan akan pelitnya bahan material yang didapat dari end game konten, ehhh Outriders Worldslayer dapat patch di 28 Juli 2022. Semua direvamp dari material reward yang didapat sampai skill dan tetek bengeknya.

Terus gimana kalo nggak ketemu gear dengan mods atau roll terbaiknya? Masa nggak diupgrade atau nggak dinaikkin levelnya?

Yha, itulah hal utama yang dijual di game Outriders, grinding sampe pensi buat nyari equipment piece beserta The God Rolls/Mods di end game konten. Dan.. Worldslayer sukses bikin orang yang kesel nggak dapat-dapet armor set beserta roll terbaiknya pensiun, atau habis ratusan jam di end game konten terbarunya.

Mamam tu grinding..

Buat yang baru mau main dan grinding di game ini, kalian jadi nggak sempet ngerasain betapa pelitnya Anomaly Extract yang didapet dari End game konten sebelum patch 28 Juli 2022. Haha.

NEW END GAME CONTENT

End game konten alias the peak of the grindfest di dalam Outriders adalah konten akhir setelah kita menamatkan cerita utama. Di base game Outriders, konten ini disebut, The Expedition. Tugasnya sejalan dengan akhir ceritanya, yaitu sebisa mungkin menemukan dan menyelamatkan pods yang didrop oleh kapal induk ke seluruh penjuru Outriders. Konten tersaji berupa titik-titik di dalam map berupa dungeon yang nggak saling berkaitan.

Lalu, di dalam Worlslayer, konten akhirnya sedikit dimodifikasi. Konten ini berupa trial yang di mana progress satu dungeon berkaitan dengan dungeon lain. Konten ini disebut The Trial of Tarya Gratar. Agak kureng terkait dengan cerita akhir dari Worldslayer, Trial ini menceritakan bahwa kita akan menguak misteri terdalam di Planet Enoch – The Pax Civilization. Kalau kalian nggak ngeskip alur cerita atau nggak ngantuk pas cutscene dimulai – ya walau pasti akan keskip juga haha – Trial of Tarya Gratar adalah suatu perjalanan kematian menuju inti dari peradaban Pax di Planet Enoch.

Map dari Trial of Tarya Gratar. Masing-masing titik atau nodes adalah dungeon yang berisikan miniboss dan final bos di ujung paling kanan. Masing-masing titik atau deungeon ini berhubungan satu sama lain.

Trial of Tarya Gratar berisikan dungeon yang di dalamnya ada mini boss dan final boss. Sedikit lebih mending dari The Expedition, konten di dalam Trial of Tarya Gratar ini punya dungeon yang punya loot spesifik berupa masing-masing piece of gear. Jadi, kalau misal butuh gear bagian kepala, ada dungeon – disebut Trove – yang akan pasti drop gear kepala tersebut. Tapi apakah headgear ini yang kita butuhkan, nah itu cerita lain lagi. Yha, belum tentu. Haha.

NEW NUMBERS ON PASSIVE SKILL

Dengan adanya musuh dan bos yang lebih sulit, karakter kita juga dibekali dengan banyak skill pasif baru. Deretan angka dan presentase ini dikemas ke dalam skill tree baru bernama Pax Class tree. Pax Class tree ini baru bisa diupgrade setelah karakter mencapai level 30 dan cuma bisa didapat setiap 5 checkpoint di dalam misi utama. Yang artinya, skill tree ini baru bisa dimentokin ketika udah di penghujung cerita. Skill pasif ini berbeda manfaatnya untuk masing-masing kelas walau tetap berpegang pada 3 inti utama build di dalam Outriders: Firepower build, Anomaly build, dan Mitigation/Survival build.

Pax Class Tree yang lumayan mengubah alur dan variasi bermain.

Selain skill tree tambahan dari Pax Class tree, Worlslayer juga ketambahan level baru untuk digrinding bernama, Ascension Level. Penerapan Ascension ini mirip-mirip kayak sistem Karma di game Diablo.  Di base game Outriders, level maksimal adalah 30, nah.. Worldslayer udah nyiapin 200 level Ascension yang siap digrinding buat kalian yang nggak punya game lain untuk dimainin selain Outriders Worldslayer. Haha.

Nggak tanggung-tanggung, Worldslayer menyediakan 200 level untuk Ascension. Buat yang nggak punya game lain buat dimainin, tinggalkan seluruh kehidupan sosialmu, mari mentokin Ascencion level bersamaku.

Lalu, dari sekian hal baru dan perbaikan dari base gamenya, apa yang membuat Worldslayer ini tetep bikin emosi dan merasa kalau Worldslayer ini tetep mengulangi kesalahan dan kekurangan yang sama dengan base gamenya?

Ini dia konten ngomel-ngomelnya.

THE MAJOR LET-DOWN ON OUTRIDERS WORLDLSLAYER

YOU CAN’T REALLY BUILD YOUR CLASS AT YOUR OWN PACE

Seperti pada masalah utama di dalam game looter-shooter yang equipment atau variasi buildnya murni didapat dari gacha atau RNG berlapis-lapis, Outriders Worldslayer pun demikian adanya. Keputusan People Can Fly yang menjadikan Outriders sebagai game yang proses membangun buildnya cuma bergantung dengan apa yang didapat dari loot alias keberuntungan semata, membuat lubang besar yang menganga di keseluruhan game ini.

You can’t realy build your class, because.. you just can’t. Contoh simpelnya gini: ketika gue pertama kali tertarik dengan class Trickster, gue berharap bisa ngebangun build yang full-burst alias sekali tembak, musuh langsung rata. Sat-set-sat-set lah. The Glass Cannon. Itulah alasan pertama kenapa gue akan memaksilkan seluruh skill aktif dan pasif yang menaikkan damage dan kecepatan gue dalam menggunakan senjata. Inilah Firepower Trickster. Kalau di skill tree namanya Assassin. Sedangkan di Pax Class Tree yang baru, disebut Spectre.

Masalahnya, gue nggak langsung bisa punya equipment yang mendukung build menjadi Trickster dengan gaya Assassin dan Spectre.. karena drop lootnya ampas dan gue sangat kesulitan mendapat piece of equipment spesifik. Drop loot ini tentunya kecampur dengan equipment build Trickster Anomaly dan Mitigation. Selain itu, RNG-nya pun kecampur dengan equipment universal alias equipment yang bisa dipake setiap kelas. Belum kelar di situ aja, gacha berlapis ini pun sangat ancur karena seluruh senjata ada di dalam kopyokan, sedangkan gue sangat perlu senjata spesifik yang mendukung build glass cannon. Belum, belum kelar, ini pun masih harus berjudi lagi dengan keberuntungan terhadap mods terbaik atau God Roll di equipment Apocalypse.

Total senjata di Outriders dan Worldslayer adalah 54 senjata yang dibagi ke dalam 4 jenis yaitu Shotgun, Assault Riffle, Sniper Riffle, dan Pistols. Nah, masing-masing tipe ini dibagi menjadi ke beberapa varian yang ditotal sebanyak 54 senjata. Bayangin chance gue untuk mendapat 1 senjata spesifik macem Shotgun dengan varian automatic?

Yha, 1 dibanding 54.

Ini baru senjata ya, bayangin untuk armor. Ada total 26 set armor yang dibagi menjadi 5 piece masing-masing set. Selain armor set, di Worldslayer juga ada 5 headgear lepasan alias standalone yang bisa dipake seluruh kelas. Dari total 26 set itu, ada total 6 set armor yang spesifik masing-masing kelas dan 4 set universal yang bisa dipake di semua kelas. Empat set universal ini akan ikut masuk ke dalam loot drop di semua kelas. Lalu, berapa chance gue ketika mau nyari armor chest piece yang mendukung Firepower build?

Yha, 10 set dikali 5 karena punya chance drop masing-masing piece. 1 dibanding 50. Untuk headgear lebih sulit lagi karena ada 5 equipment headgear standalone, jadi 1 dibanding 55.

Akhirnya, selama lebih dari 70 jam, gue bermain mixed build alias nggak semua equipment gue mendukung Firepower build. Alhasil, damage nggak maksimal, main nggak sat-set-sat-set, dan yang lebih parah, ada banyak skill yang nggak kepakai tapi tetep harus dipakai karena nggak punya alternatif equipment yang lebih baik. Lalu tebak gimana progress gue? Yha, build meta Firepower Trickster yang udah jalan setengah tahun lebih di base game Outriders, baru bisa gue full dapatkan alias “anjinc, jadi juga nih build”, ketika udah 30 jam grinding di Worldslayer.

Telat bener.

Ini adalah salah satu senjata wajib buat Trickster yang main FIrepower build with Shotgun. Sialnya, selama lebih dari 70 jam main di base game konten, gue nggak pernah dapat ini senjata sampai gue uninstall gamenya, Akhirnya setelah 30 jam main di Worldslayer, dapet juga ini senjata. Bayangin betapa telatnya gue ngebuild karena cuma perkara nggak dapet-dapet ini senjata.

Semua kepentok sama seberapa hoki player menemukan piece yang dibutuhkan. Dan lagi-lagi, ini semua murni bergantung sama drop rate dan loot. Kalau masih kurang, kita bayangin gini aja: Apa jadinya kalau main game Monster Hunter, semua senjata dan armor ini didapat dari loot monster bukan dicrafting?

Apa ini udah kelar lapisan gachanya? Oh tentu saja belum. Masih ada lapisan terdalamnya lagi, masing-masing senjata dan piece armor ini punya nilai atribut yang berbeda. Ada 2 senjata dengan level yang sama, tapi punya nilai Firepower yang berbeda. Begitu juga dengan armornya.

Yea, Outriders Worldslayer is GOTY material.

Grindfest of The Year.

NO LOAD-OUT SYSTEM FOR ALL OF THESE MESS

Worldslayer nyatanya masih tetep melenggang bangga dengan absennya sistem load-out alias one hit button untuk berganti dari satu build ke build yang lain. Coba bayangin apa yang ada di pikiran People Can Fly saat ini, mereka menyediakan variasi build untuk masing-masing kelas yang dibentuk dari total 30 nodes Skill tree, 5 nodes Pax Class Tree, 5 piece of gear dan 3 senjata beserta mods-nya, ditambah total 200 Ascension level.

Suwe-nya, kita nggak dikasih opsi untuk save masing-masing build tersebut, alias jika kita udah ezpz di suatu build dan ingin ganti bermain dengan build lain, kita harus NGERESET ULANG DAN NGISI SECARA MANUAL satu-satu. Bayangin ada orang yang udah lebih dari 100 Ascension levenya disuru ngulang lagi naikin satu-satu.

Buset, mager bener.

Tapi, setelah lebih dari 150 jam main, gue jadi paham kenapa sampai di Worldslayer pun, game ini nggak punya sistem paling dasar bernama Load-out. Yha, karena we fallin’ love with people we can’t have  we can’t really build our class at our own pace. Mungkin, kalau People Can Fly boleh bisikin gue, mereka pasti bakal ngomong gini:

“Yaelaahh ngab, lu satu build aja baru jadi 150 jam udah gaya-gayaan mau gonta-ganti build. Itu aja 150 jam damage lu masih kecil, ngapain gonta-ganti build, sih? Gedein aja dulu lah damage Firepowernya. Noooob.”

Anjenccck.

Ini kudu direset ulang dan naikin lagi satu persatu cuma buat ngerasain atau bahkan bangun build baru. Mager bener.

THERE’S NO BETTER BUILD EXCEPT ALL-OUT ATTACK

Selain core dari looting sistem berlapis-lapis sampe ngga ketemu intinya, lalu absensinya sistem load-out, Worldslayer masih dilengkapi dengan lubang-lubang kecil yang membuat game nampak keropos: variasi build yang akhirnya cuma jadi pelengkap belaka.

Maksudnya gimana? Yha, Outriders seperti yang gue ceritakan di atas, punya 4 kelas yang punya 4 gaya bermain yang berbeda. Devastator yang mirip kayak Tank, Technomancer yang kayak Supportive Class, Pyromancer yang kayak DPS dengan tipe damage over time (DOT) dan Trickster yang kayak DPS glass cannon di jarak dekat. Awalnya, banyak player mengira akan ada sedikit unsur role-playing di sini.

Nyatanya? Ya nggak. Semua kelas bermain layaknya seorang Attacker haus darah yang dikejar cicilan dan tekanan masyarakat. Semua berusaha untuk bermain dengan the best and the most possible damage output. Yang lucunya, Outriders menyediakan build bertahan dan regeneratif yang disebut Mitigation build.

Lalu, buat apa bikin begitu banyak gear, skill tree, dan skill pasif yang mendukung cara main bertahan dan regenerative kalau pada akhirnya cepet-cepetan membunuh musuh adalah tujuan utama dari game ini?

Yha, because we fallin’ love with people we can’t have  we can’t realy build our class at our own pace. Siapa yang bisa nyangka kalau bakal jadi buildnya dalam waktu grinding 3 jam saja? Nggak ada.

Inilah realita di lapangan yang terjadi. Gue selama 70 jam lebih menggunakan set mitigasi hanya karena gue nggak mampu mengeluarkan damage terbaik. Alhasil, harus bertahan hidup dengan cara ini karena inilah hasil yang gue dapat dari loot. Dari mana asal-usul ketidakmampuan gue dalam mengeluarkan damage terbaik? Yha karena equipment-nya nggak dapet-dapet.

Anjencccck.

THE FINAL VERDICT

Setelah tulisan panjang yang menjelaskan betapa ruwet, kompleks, dan grindy-nya core gameplay dari Outriders Worldslayer – yang pada akhirnya keruwetan ini nyatanya tetep nggak memberikan variasi bermain yang cukup signifikan – apakah Worldslayer layak untuk dipertimbangkan masuk ke dalam keranjang belanja kalian?

Jangan kaget tapi ya.

Jawaban gue adalah, iya.

Outriders Worldslayer layak untuk kalian mainkan baik dari hari pertama rilis, maupun nanti pas udah detik-detik servernya mau ditutup. After all of these mess, Outriders Worldslayer menyajikan suatu kehancuran yang bisa dinikmati, apalagi kalian sudah akrab dengan mekanik-mekanik game looter-shooter. Agak terbaca sebagai hal yang masokisma memang, tapi kepuasan dalam membunuh dan meratakan musuh lewat aksi dar der dor yang rusuh, ricuh, sekaligus remuk redam, punya value yang nggak bisa dilupakan gitu aja di lubang menganga dan tulang keropos pada tubuh Outriders.

Walau nggak akan bisa disandingkan dengan seri Monster Hunter, tapi Outriders Worldslayer punya adiksi yang sama: menyiksa monster atau musuh dengan damage sebesar mungkin dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Kenikmatan seperti inilah yang membuat player bisa kembali lagi, lagi, dan lagi ke Trial of Tarya Gratar, walau lima menit sebelumnya udah berniat mau pensiun atau bahkan mengancam akan mainin Anthem lagi kalau Outriders nggak dibenerin.

Sekian dari PMMI, sampai jumpa di review game gatot lainnya.