4 Alasan Kenapa Kalian Tidak Perlu Kecewa karena Emulator Yuzu Ditutup Nintendo

Nintendo berhasil Menutup Yuzu dan bangkrut

Tropic Haze, perusahaan di balik kepopuleran emulator Yuzu, akhirnya menyusul nasib Team Executer yang berhasil digugat dan dikalahkan Nintendo dalam persidangan. Tidak hanya wajib menutup usahanya, Tropic Haze juga didenda senilai 2,4 juta US Dollar. Yang bikin heboh, Yuzu bukanlah penjual device modifikasi eksternal seperti Executer, melainkan platform emulasi. Nintendo makin ke sini makin hebat dalam memenangi persidangan terkait hak cipta.

Jangan main-main sama Nintendo.

Walau ini menjadi momen bersejarah dan penuh kesedihan di banyak grup pengulik emulator dan penikmat game Nintendo Switch, hal yang wajib diperhatikan adalah: Kita tidak perlu bersedih atau marah, dan kecewa. Team Yuzu hanyalah satu dari sekian banyak penyedia jasa emulasi, yang kebetulan dianggap paling optimal dalam menjalankan game dari platform Nintendo Switch. Buat kalian yang masih marah-marah di banyak grup watsaap, telegram, atau grup gaming Facebook, bersabarlah dan move on.

Berikut adalah alasannya.

Yuzu Melakukan Blunder Besar yang Justru Membuka Celah Utama untuk Gugatan

Nintendo mungkin sudah lama ingin memperkarakan Yuzu, tapi mereka sadar bahwa mempermasalahkan legalitas sistem emulator nggak akan memenangkan mereka di persidangan. Ini juga yang mendasari gugatan bahwa Nintendo menggugat dari kacamata pemilik tunggal IP Zelda: Tears of the Kingdom, bukan sebagai pemilik konsol yang diemulasi oleh Team Yuzu.

Dalam pengajuan gugatannya, Nintendo dengan tegas menyatakan bahwa Tropic Haze harus bertanggung jawab atas distribusi copy ilegal The Legend of Zelda: Tears of the Kingdom, dengan klaim bahwa game tersebut telah dipalsukan hingga satu juta kali sebelum rilis. Pengajuan tersebut juga menyatakan bahwa halaman Patreon Yuzu turut menikmati keuntungan senilai $30,000 per bulan dengan menyediakan update, akses, dan fitur memainkan game Zelda: Tears of the Kingdom sebelum jadwal versi aslinya rilis secara berbayar ke para pelanggan.

Sekarang ya udah rungkad Patreon-nya.

Sekarang bayangin kalau kalian bikin konten digital, tapi konten tersebut udah dicolong dan dirilis ke pelanggannya sebelum kalian ngerilisnya, dan di saat yang bersamaan, orang-orang yang nyolong konten kalian ini udah nikmatin $30,000 dari konten kalian. Sebenernya nggak butuh akal yang sehat-sehat banget buat mengerti blunder ini, terlepas dari seberapa besar kadar kebencian seseorang terhadap aksi Nintendo.

Hanya hitungan hari berselang dari pernyataan siap melawan Nintendo di persidangan, Yuzu akhirnya pamit dari belantika emulator dunia.

Buat yang mau liat dokumen gugatannya, bisa baca aja di sini.

Seandainya Yuzu nggak memfasilitasi konten berbayar Zelda: Tears of the Kingdom untuk bisa diakses duluan, nggak mendapat keuntungan duluan di Patreon sebelum versi resmi Zelda: Tears of the Kingdom rilis, mungkin Nintendo masih kesulitan buat memperkarakan ini.

Seandainya, ya.

Yuzu Menjalankan Emulasi suatu Konsol yang lagi Laris Manis dan Disupport penuh oleh Nintendo

Ketika Yuzu pertama kali dikenalkan ke publik di awal tahun 2018, banyak orang beranggapan ini adalah suatu langkah yang sangat berani dan tokcer. Kenapa disebut berani dan tokcer, itu jelas karena Yuzu memiliki konsep agak lain ketimbang emulasi lainnya. Konsep emulasi ini memang berada di grey area dan nggak menetang ide perlindungan hak cipta. Jenis emulator yang udah running di market pun mengemulasi software-software game yang udah lama dimatikan oleh developer, atau udah nggak dikasih update. Intinya, kalau tanpa adanya bantuan emulator, kita hampir dipastikan sulit untuk membeli dan memainkan ulang game tersebut tanpa bantuan konsol aslinya.

Inilah yang menjadi kunci kenapa komunitas penikmat Emulator bertumbuh cepat: dengan Emulator kita bisa menjalankan game jadul dengan performa masa kini.

“The fact is, if you buy something digitally you should own it for life,” says Kauppinen. “When a hardware platform dies, especially since they are mostly razor blade models, the software should still belong to those that purchased it. If the company that made the hardware isn’t going to make more and support a user’s access, then emulation should be legal and supported.”

Kauppinen adalah mantan Kepala Penjualan dan PR dari bleem!, perusahaan yang di awal tahun 2000 pernah berkasus perkara hak cipta dengan Sony Computer Entertainment terkait emulasi Playstation. Doi berpendapat, harusnya ketika kita membeli sofware game atau konten dijital, terus device atau konsolnya udah nggak disupport lagi sama pemiliknya, melakukan emulasi terhadap software game yang kita beli adalah tindakan legal dan harus dissupport.

Siapa tau ada yang mau baca lebih jauh kasus Sony Computer Entertaiment vs bleem! bisa baca di sini.

Nah masalahnya, Yuzu melakukan emulasi ke suatu konsol yang lagi anget-angetnya, dan lagi gencar-gencarnya disupport oleh Nintendo. Walau emulasi sendiri nggak bisa dikategorikan sebagai upaya pembajakan, tapi keseharian dari emulasi yang dilakukan Yuzu ini nyatanya digunakan sebagai fasilitas untuk memainkan game Nintendo Switch secara bajakan. Hal ini jelas distate dalam gugatan yang diajukan Nintendo kepada Yuzu.

Ada game yang baru rilis, Yuzu bisa memainkannya beberapa hari sebelum hari perilisan. Hal ini makin diperkeruh oleh banyaknya konten kreator yang dengan sengaja membagikan akses Yuzu ke game-game yang rilis di Nintendo di Youtube dan platform lain atas nama view dan adsense. Ini mudah banget jadi bahan pantauan sang pemilik konsol dan pemilik IP game yang diemulasi secara massal tanpa membayar.

Zelda TOTK mungkin boleh jadi puncak seteru antara Nintendo dengan Yuzu. Tapi kalo mau liat ke belakang dan googling game apa aja yang udah bisa dimainin di Yuzu sebelum versi originalnya rilis, Pokemon Legends Arceus adalah salah satunya.

Ini seperti bermain kucing-kucingan, tinggal nunggu kapan kena apesnya, dan Yuzu dan Citra menambah deretan panjang emulator yang berkasus dengan Nintendo dan kalah di meja hijau.

Jadi, tidak perlu marah atau kecewa, hal ini sebenernya sudah bisa diprediksi di depan, apalagi sudah banyak contoh kasus yang dimenangi Nintendo sebagai pemilik platform dan pemilik judul game.

Daripada menyulut api amarah di banyak sosmed, lebih baik bersyukur karena Yuzu telah banyak menemani dan mengisi kehampaan dalam keseharianmu..

Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti

Klise namun pasti.

Nggak perlu bersedih dan nggak perlu merasa kecewa.

Yuzu hanyalah salah satu emulator yang berhasil ditutup jalannya oleh Nintendo. Yang patah tumbuh, yang hilang berganti. Satu pintu tertutup, pintu lainnya terbuka lebar. Belum genap satu hari berita pengunduran diri Yuzu dari belantika emulator dunia, bibit-bibit penerus Yuzu pun sudah muncul dalam senyap. Mengumpulkan kekuatan untuk bounce back dari keterpurukan dan kembali mendapat asa untuk mengemulasi game-game kesayangan kalian semua.

Yang patah tumbuh, yang ditutup Nintendo, bangkit lagi.

Intinya, ya sabar aja lah. Kalo nggak mau berbesar dompet untuk membeli game ori, maka berbesar hatilah untuk menampung sabar demi bisa memainkan game Switch dengan gratis.

Kurangi amarahmu dan bersabarlah, kawand..

Kurangi FOMO dan Habiskanlah Backlog-mu Dahulu

Kalau bisa kita sederhanakan, asal muasal kena ciduknya Yuzu dan berujung pamit, sebenernya berangkat dari hal yang sederhana.

FOMO.

Ya, ketakutan akan tertinggal tren ini lah yang membuat orang berlomba-lomba menjadi konten kreator dadakan, memainkan game emulasi Nintendo Switch yang diemulasi Yuzu secara terang-terangan, dan bahkan ikut menyebarluaskan link ROM untuk dimainkan di Yuzu, yang akhirnya sukses mengambil perhatian Nintendo untuk turun tangan. Siklus ini pun sudah bertahun-tahun terjadi tanpa merasa takut terkena ciduk karena merasa aman bahwa emulasi adalah bukan sebuah tindak pelanggaran hak cipta.

Pertanyaan berikutnya adalah, apakah setelah Emulator Yuzu menarik semua progres dan tidak akan memberikan update di kemudian hari, lantas game-game yang sudah kalian download dan diemulasikan jadi nggak bisa dimainkan?

Nggak kan?

Sekarang coba liat lagi library ROMS Nintendo Switch kalian, ada berapa yang belum dimainkan, atau bahkan belum diinstal karena cuma hype pas download aja? Nah, itu adalah backlog yang menanti udah diselesaikan!

Ketimbang emosi dan kecewa karena Yuzu nggak bisa dibuat emulasi game-game yang belum rilis, lebih baik fokus ke game-game yang belum dimainin kan?

Upaya revitalisasi dari pamitnya Yuzu langsung merapatkan barisan. Tinggal kalian tunggu apakah mereka akan melanjutkan sepak terjang Yuzu atau bosen dan milih ngoding emulator lain.