Watch Dogs Legion: The Honest Review

Hadir dengan ide yang sangat ambisius, Watch Dogs: Legion menjadi satu-satunya series dalam Watch Dog yang nggak punya protagonis utama. Kita akan bermain bukan sebagai Aiden Pearce, Marcus, atau karakter yang punya nama di main story, melainkan kita adalah siapa pun yang ada di kota London tersebut. Ya, Ubisoft bener-bener menyediakan ratusan ribu NPC modifier yang bisa kita rekrut dan mereka semua berbeda. Nggak selesai di situ aja, ketika NPC ini mati (ada mode permadeath), kalian nggak akan menemukan mereka lagi alias ya cuma satu-satunya.

Ide ini sejalan dengan inti cerita dari Legion yang sama-sama ambisius dan membingungkan: kita membangun kembali DeadSec – grup hacker yang dijelaskan di seri Watch Dogs sebelumnya – yang telah dihancurkan oleh grup hacker jahat yang memanipulasi sistem kepolisian dan membuat DeadSec terlihat sebagai pelaku aksi teror pengeboman di London. Kita akan memulai game dengan membangun kembali Deadsec lewat perekrutan agent baru dan menelusuri bukti-bukti untuk fight back karena telah difitnah sebagai teroris. Oiya, kita juga tentunya bermasalah dengan jajaran kepolisian di London.

Ya, intinya perang antar hacker jahat dengan hacker baik di tengah kepolisian London yang korup.

Sila disubs untuk striming mara-mara game lainnya.

THE FIRST THING FIRST: IT’S LONDON

Seperti pada suksesnya penjualan game Pokemon atau penjualan game Monster Hunter, di mana gue nggak pernah meragukan itu, satu-satunya hal yang nggak pernah gue ragukan dari Ubisoft adalah kemampuan mereka dalam meramu kota atau environment di genre open-world. Walau masih nggak bisa disandingkan dengan kualitas environment open-world-nya Rockstar, Ubisoft memiliki kualitas environment dan tata kota yang baik untuk ukuran publisher yang rutin rilis game hampir setiap tahun.

Dan ini adalah London. Akurasi dari Piccadily Circus, Buckingham Pallace, Big Ben, dan spot-spot instagramable di kota London ini perlu diacungi jempol. Kota London yang bertema futuristik dystopian dan Cyberpunk ini adalah kesegaran rohani. Keindahan kota London dan berkendara di jalan-jalan sempit ramai pedestrian layaknya di Depok ini adalah hal pertama yang dapat kita rasakan beberapa jam memainkan game ini.

Piccadily Circus memanglah ciamik, bikin anxiety-nya percis kayak pas lagi main COD MW.

Tapi apakah tanpa cela?

Disrupt engine yang dipakai di WD Legion ini tentunya berbeda dengan Anvil engine yang dipakai oleh kompatriotnya, AC Valhalla. Perbedaan grafik di PS4 dalam menjalankan dua game ini pun sangat kelihatan kontras. Gue jujur nggak mampu memainkan WD Legion berlama-lama di PS4. Baru bisa dilanjutin lagi di bulan Februari setelah dapat free upgradenya di PS5. Grafik burik, washed, dan jaggy di PS4 ini adalah sleding tekel susulan bagi WD Legion perkara grafik setelah pernah babak belur juga perkara downgrade grafik di WD yang pertama. Buat yang nggak nyaman main di PS4, mainlah kembali di PS5 karena kualitas grafiknya memanglah.. sungguh berbeza.

Namun, setelah mendapat free upgrade, nyatanya Watch Dogs Legion menjadi satu-satunya game yang nggak mampu running 60 fps di PS5. Sempet ricuh di forum luar macam Reddit, Ubisoft mengakui bahwa in upcoming patch, mereka akan menambahkan opsi performance mode alias 60 fps. Walau belum jelas tanggal rilis patch tersebut, tentunya kita nggak akan berharap adanya downgrade grafik demi mencapai 60 fps seperti yang developer biasa lakukan untuk gamenya di konsol.

IT’S STILL A CLASSIC UBISOFT

Berbicara perkara gameplay mekanik dan core gaming di genre open world Ubisoft, mungkin kita nggak bisa berharap banyak untuk inovasi yang signifikan. Apa yang kalian udah rasakan dari seri AC pertama, Ghost Recon, lalu Far Cry, Watch Dog, it’s just all the same. Buat gue ya ini udah bukan ciri khas lagi, tapi udah jadi kayak paten. Sistem mengalahkan kaki tangan bos utama di masing-masing area sebelum ketemu bos utama, sistem raid fortress, flag, atau bebasin suatu area dari pengaruh mini-boss, lalu sistem stealth-nya, konsep side mission dan collectible, it’s all the same and have the same patterns. Bahkan bird as companion di tiga AC terakhir ini mengadopsi drone pengintai yang udah ada di seri Watch Dogs dan Ghost Recon.

Kita menjelajah London sambil merekrut agent baru, mencari petunjuk siapa dalang dari aksi terror sebenarnya, wipe-out suatu daerah beserta resource-nya untuk melemahkan kekuatan sang dalang, menjalankan side mission untuk dapetin mata uang dan collectible sebagai material upgrade gadget, then rinse and repeat. Secara garis besar, Watch Dogs Legion adalah WD kedua yang minim parkour namun penuh gadget dan opsi cara bermain.

Watch Dogs Legion adalah game yang bisa jadi menarik, bahkan bisa menambah tingkat kesulitan daripada yang seharusnya, jika kalian memainkannya dengan cara stealth. Hacking adalah jantung di dalam game ini. Nyaris semua skill hacking berperan krusial dalam mengalahkan musuh paling ngeselin di game ini: Drones. Skill nge-hack di sini nggak sekedar digunakan untuk memecahkan puzzle kelistrikan, melainkan untuk meng-hijack Drones yang bisa kita gunakan untuk melumpuhkan Drone lainnya. Ini tentu lebih smart ketimbang menembaki Drones menggunakan senjata bawaan sampai meledak.

THE BIGGEST LET-DOWN FROM THE BEST NEW FEATURE

Nilai jual utama pada Legion, adalah justru hal pertama yang mendapat kritik atau menjadi the biggest let-down. Ide ambisius yang memberi kebebasan untuk dapat menjadi siapa saja justru menghilangkan peran penting dari karakter utama. Kalau kalian sadar betapa memorable-nya Ezio – bahkan sampai banyak orang merasa AC series ya Ezio bukan yang lain – pada franchise Assassin’s Creed, itu adalah bukti betapa kuatnya pengaruh dari karakter utama.

Hal ini disebabkan oleh kurangnya sistem eksekusi dan balancing pada perekrutan agent. Tiap warga di London memiliki nama dan job berbeda. Bahkan mereka punya jadwalnya masing-masing dan dapat kita telusuri menggunakan Deep Profiler. Kita bisa merekrut para warga ini dengan doing their favor alias nolongin mereka lewat misi kecil-kecilan. Semakin agent tersebut benci terhadap DeadSec, maka akan makin sulit direkrut dan tahapan misinya pun makin banyak.

Dikarenakan rekrutan ini punya skill bawaan berbeda (based on their occupation), di sinilah sistem tebang pilih terjadi: para gamer mostly akan menghabiskan waktunya bersama agent yang punya skill paling banyak dan paling bermanfaat. Dari yang udah-udah, di awal perjalanan para gamer akan mencari rekrutan yang berprofesi sebagai Hitman, Spy, atau Advance Drone Expert. Ya, tiga profesi ini adalah yang paling versatile karena punya skill bertarung ala John Wick, mampu memegang senjata api, dan tentunya hal yang paling kita sering lakukan: hacking dengan berbagai macam drone.

Cuma hitungan jari profesi yang bisa bawa senjata api dan sekaligus punya skill bertarung, Hitman salah satunya.

Kemudian, agent yang kita rekrut ini akan menentukan seberapa dalam kekuatan dari squad yang kita bentuk. Squad yang berisikan maksimal 45 agent ini (max yang dapat kita tampung, kalo mau nambah agent lagi ya harus pecat yang lain). Why? Di dalam menjalankan misi, ada kalanya agent kita ketangkep, dijeblosin ke penjara, dan masuk rumah sakit (bisa mati juga). Nah, agent yang gagal menjalankan misi seperti ini akan mengalami cool down atau masa tunggu untuk bisa digunakan kembali. Di sinilah kita butuh profesi lain seperti Medic dan Lawyer/Bailer. Mereka bisa mengurangi cool-down di rumah sakit, penjara, atau bahkan seketika membuat agent yang gugur ini langsung dapat digunakan kembali.

Belooom, belom selesai di situ. Nggak hanya ngasih warga yang hebat buat dijadikan top agent squad kita, Ubisoft juga nggak lupa menyediakan para warga yang nggak guna tapi bagus buat lucu-lucuan. Mereka punya skill bawaan yang justru mempersulit kinerja kita. Misal ada warga yang skillnya suka kentut, dan kalo kita rekrut, doi bisa kentut lalu endingnya alert semua penjaga di dalam suatu ruangan. Lalu ada agent yang punya profesi sebagau manusia silver perempatan. Dia bisa diem jadi patung dan lolos dari kejar-kejaran polisi. Lalu ada agent yang punya pekerjaan tukang rusuh saat nonton sepak bola, jadi bisa manggil temen-temennya lalu mukulin polisi. Dan tentunya kalian akan menemukan warga yang lebih absurd ketika semakin dalam mengeksplorasi kota London.

Sounds legit, right?

Yes, it’s fun. It is. Sampai akhirnya gue menyadari bahwa skill ini sudah scripted alias agent ini nggak bisa belajar hal lain. I mean, gue nggak bisa level up agent yang hanya punya dua skill bawaan atau bahkan satu skill aja. Yang kedua, para agent ini bener-bener nggak bisa memegang senjata lain selain senjata yang dibawa dari awal. Kalau kalian mau megang M4, ya pake Hitman. Kalo mau pake pistol a la James Bond dan main ngendap-ngendap, ya pake Spy. Kalo mau stealth dan paralyze semua orang pake Drone, ya pake Drone Expert. Ya, scripted. Kita juga nggak bisa beli senjata, beli peluru, beli armor/vest, beli mobil, upgrade mobil, upgrade motor, dan segala aktifitas yang sudah terpatri di kepala kita akibat Grand Theft Auto series.

Kita hanya bisa upgrade tech yang dibawa oleh masing-masing agent, tapi nggak untuk skill bawaan yang udah scripted.

Yeah, satu-satunya ya bisa kita lakukan ya hanya dengan mengganti skin dari mobil senjata, dan off course.. Watch Dogs: Legion is all about fashion.

HOW ABOUT MULTIPLAYER FEATURE?

Beberapa bulan berselang setelah perilisan base game-nya, WD Legion akhirnya kedatangan fitur multiplayernya. Kalau kalian adalah gamer yang banyak mengabiskan waktu dengan bermain bersama teman, apa yang ditawarkan pada fitur multiplayer WD Legion adalah sebuah penghinaan. Bagaimana mungkin ada developer yang kepikiran untuk meniadakan fitur crossplay antar generasi konsol. Ya, gue ulang, antar generasi konsol. Jadi kalau kalian mabar WD Legion di PS4, kalian nggak akan bisa main dengan teman kalian yang udah punya PS5. Begitu juga sebaliknya. Bayangin rasanya punya PS5, main game di PS5, tapi endingnya kalian nggak bisa mabar sama temen kalian yang mainnya di PS4. Alhasil gue harus menginstal lagi WD Legion versi PS4 di PS5 supaya bisa tetep relevan dan mabar sama temen-temen.

Begitu juga pada konsol sebelah, Xbox One X nggak bisa mabar dengan X Box Series X. Ubisoft memang suka bercanda.

Seperti pada fitur co-op pada genre open-world lainnya, WD Legion Online adalah fitur co-op yang mengharuskan kita menyelesaikan berbagai jenis misi pada kota London dengan cara teamwork (ya solo juga bisa sih). Masalahnya terjadi ketika kita nggak cukup orang untuk menjalankan misi sehingga harus menghadirkan random player. Literally, kita bahkan nggak bisa bermain secara 2-3 orang. Harus 4 orang. Misi tersebut juga nggak bisa dijalankan secara privat alias random people akan pasti bisa join, atau bahkan menggantikan teman kita yang DC akibat masalah koneksi. Untuk misi yang nyaris harus diselesaikan secara stealth, menjalankan misi tanpa teamwork yang jelas adalah bunuh diri di WD Legion Online.

Beruntungnya, patch terbaru tittle 4.0 di 4 Mei 2021 kemarin telah menambahkan fitur private, alias kita nggak perlu mabar dengan random yang seringkali membuat gagal dalam menyelesaikan misi. Kabar baik buat new player yang baru ingin mencoba fitur online dari WD Legion.

Di sinilah masalah selanjutnya. Ketika pertama kali masuk ke dalam WD Online, we are nothing there. Progres campaign single player nggak dibawa ke dalam WD Legion Online. Kita memulai permainan dengan misi merekrut siapapun yang ada di kota London. Dengan catatan, kita hanya bisa merekrut agent dengan mata uang yang telah disediakan. Singkatnya, ya kita nggak bisa langsung rekrut agent dengan skill paling lengkap karena duitnya nggak cukup. Duit di sini dapat diperoleh dengan terus menjalankan misi di WD Legion Online. Alhasil, gue memulai game ini dengan agent yang berprofesi sebagai tukang demo. Useful, right? Tapi tenang, kalian juga bisa mendapatkan agent dengan tier lebih tinggi dari sistem battle pass a la COD MW. Bisa diselesaikan dengan exp dari misi maupun dengan.. rupiah kalian.

Kalian bisa mendapat kostum, in-game currency, sampai operator baru dari sistem battle pass ini.

Lalu, Ubisoft juga menjanjikan adanya agent-agent dengan profesi baru, senjata, dan gadget baru yang bisa kalian mainkan di WD Legion online maupun single player campaign-nya.

Mina Shidu adalah karakter baru yang bisa kalian mainkan di campaign beserta misi barunya.

Lalu, kenapa harus menjalankan misi dengan stealth? Karena hanya itu jalan paling masuk akal bersama agent culun yang pertama kita rekrut. Lalu apa yang akan kita hadapi? Musuh kita adalah Drones, full-armored grunt dengan senjata lengkapnya… dan tentu aja, bullet-sponge.

Itu semua akan kita hadapi dengan.. stunt gun.

Keren.

Lalu, bagaimana dengan jenis misinya? Well, setelah 2-3 jam gue mainkan, nggak ada perbedaan signifikan antara misi online dengan misi di single playernya. Intinya ya raid kandang musuh, wipe out area, selamatkan hostage, antar barang sampai tujuan, yaa biasalah.. fetch mission khas Ubisoft.

THE FINAL VERDICT

Watch Dogs Legion, long story short, adalah game yang bisa lebih dinikmati jika kalian adalah penikmat game yang mengedepankan stealth. Kalau kalian kurang memanfaatkan fitur hacking dan memilih jalan kebarbaran, kalian bisa berakhir pada kebosanan di tengah perjalanan seperti gue alami dalam menamatkan game ini. Maybe i played this game wrongly at the first, so i changed the playstyle. Akhirnya gue bisa menamatkan game ini dan menggali lebih dalam apa kekuatan utama di game ini (walau sangat sulit).

Nge-hack aja lah bro, nge-hack..

Gue sendiri suka bingung kenapa WD Legion malah lebih terasa Assassin daripada Assassin’s Creed itu sendiri. Apalagi jika dibandingkan dengan Odyssey dan Valhalla. Fitur hacking dan stealth yang disajikan WD Legion adalah hal paling menarik di dalam game ini. Namun, nggak semua karakter mempunyai skill hacking yang mumpuni. Dari sinilah awal mula tebang pilih dalam penggunaan agent. Secara garis besar, kita hanya perlu 3 profesi utama dalam menyelesaikan keseluruhan cerita. Yang lain hanyalah filler dan pemanjang durasi permainan.

Almost fun, but mostly forgettable.

Terakhir dari gue, Watch Dogs Legion adalah game yang bisa menarik untuk kalian coba, tapi akan sulit untuk attached ke dalamnya. Watch Dogs Legion adalah game yang memenuhi kriteria untuk nggak kalian mainkan lagi setelah berhasil menamatkan story utamanya. Nggak banyak yang bisa kita lakukan setelah end game selain fetch mission khas Ubisoft dan mencoba mainin agent dengan profesi lainnya seperti yang dijanjikan di dalam road map. Ini bukanlah GTA V atau RDR 2 yang punya banyak side mission, side quest, dan funny things to do dengan segala keimersifannya. It’s just like another decent open world games from Ubisoft.

Multiplayer pun belum tentu jadi pembunuh rasa bosan karena kalian harus benar-benar mempunya teman yang mau diajak main di game ini. Gue sudah mencoba berjam-jam bermain bersama random tanpa voice chat, dan hasilnya sangat mudah ketebak: failed dan terlalu lama menyita waktu.

Atau perlukah kalian mengeluarkan uang lebih untuk membeli agent legendary maupun battle pass?