Seperti yang udah tertuang di catatan perjalanan Bessmert dan Yenisei, yang diberi judul Notes on Shuori, diceritakan tentang perjalanan mereka dari Russia ke easern Asia untuk mempelajari Dushuo Festival. Perjalanan yang penuh rintangan ini akhirnya mempertemukan mereka dengan karakter limited pertama di dalam game Reverse: 1999, Jiu Niangzi.
Bluepoch selaku developer menggambarkan Jiu Niangzi sebagai gadis cantik, riang gembira, lemah lembut, namun punya IQ di bawah rata-rata. Yha, Jiu memang segoblok itu.
Di dalam Notes on Shuori, Jiu adalah sumber masalah dari perjalanan Bessmert dan Yenisei. Getian sang siluman burung yang suka hidup menyendiri pun harus turun gunung untuk membantu Bessmert dan Yenisei yang dibuat nggak berdaya oleh kelakuan Jiu Niangzi.
Walau inti masalah dari Notes on Shuori disebabkan oleh sifat dan karakter Jiu Niangzi yang kelewat polos sampe masuk ke tahap tolol, ternyata Jiu memiliki latar belakang dan masa kecil yang suram juga menyedihkan.
Nggak heran dia tumbuh menjadi gadis tobrut yang kalian lihat sekarang.

Misteri Daoist dan Motivasi Menjadi Xiangrui
Ketika memainkan event Light to The Tavern, di sana akan diceritakan tentang masa kecil Jiu Niangzi sampai akhirnya dia bisa menjadi pengelola kedai miras yang kalian kenal di event utama Notes on Shuori.
Jiu Niangzi harus hidup sebatang kara semenjak kecil di kota Pei, kota yang dijadikan latar dalam Notes on Shuori. Sebab-musababnya juga lumayan menyedihkan. Jiu Niangzi yang masih kecil ini dibuang oleh seorang Daoist di kota tersebut, dan diminta untuk menjadi Xiangrui.
Xiangrui di dalam lore ini adalah suatu entitas pelindung yang punya kemampuan untuk mengabulkan banyak permintaan atau impian (Granter of Wishes). Jiu Niangzi yang masih bocah ini ditinggal di kota itu layaknya gelandangan dan bertahan hidup sambil mencari cara menjadi Xiangrui.

Kemunculan sang Daoist adalah salah satu plot hole yang entah akan kapan lagi dibahas oleh Bluepoch (mungkin sengaja dibiarkan menggantung atau akan dibahas di update ke depan, tapi entahlah, harus ditanya ke pemain yang udah main sampe versi CN 2.0). Karakter ini pula yang menjadi dalang atau motivasi utama Jiu Niangzi sejak pertama kali dibiarkan menggelandang.
Daoist di sini sama sekali nggak pernah diperlihatkan batang hidungnya, atau diberi penjelasan lebih panjang. Sang karakter hanya muncul dari siluet flashback dan meminta Jiu Niangzi tetap hidup dan menjadi Xiangrui di kota Pei.
Hal yang lebih mengenaskannya lagi, ibu dari Jiu Niangzi adalah seorang Xiangrui. Di dalam lore ini, seorang Xiangrui nggak boleh punya ikatan yang kuat dengan manusia, atau nggak boleh punya rasa cinta. Ini juga yang jadi alasan utama kenapa Jiu Niangzi dibuang sama emaknya. Alih-alih resign dari jabatan Xiangrui, emaknya malah membuang sang anak dan menelantarkannya.

Walau nggak ada adegan atau informasi yang lebih jelas terkait masa lalu emaknya Jiu Niangzi, ada adegan dari Getian yang ngasitau kalo Jiu Niangzi adalah half-breed, alias setengah manusia, setengah Lushu. Dari hal ini kita bisa berasumsi kalo emaknya Jiu Niangzi adalah the real Lushu atau full-breed Yao.
Di dalam glosarium Reverse: 1999 pun Jiu Niangzi dikategorikan sebagai mixed race bareng Satsuki dan Pavia.


Konflik Batin dalam Mencari Makna Xiangrui dan Perjalanan sebagai Pembuat Miras
Hidup layaknya kucing liar, masa kecil Jiu Niangzi dihabiskan dengan mencuri barang-barang dan makanan para penduduk di kota Pei. Ibarat sepandai-pandanya bajing melompat, pasti akan terjatuh juga, Jiu Niangzi yang memiliki kemampun berlari dan kelincahan ini akhirnya tertangkap oleh pengaman kota setempat.
Lizheng, kepala suku di kota Pei yang terkenal sangat bijaksana ini menyarankan agar bocah seperti Jiu Niangzi ini lebih baik dididik daripada harus dihukum. Dari sini lah awal pertemuan Jiu Niangzi dengan Ms. Xu, salah satu pengelola kedai miras.
Lizheng dan satuan pengaman kota setempat, Facao, menitipkan Jiu kepada Ms. Xu agar minimal dapat dididik dan diperkerjakan sebagai pembantu atau pelayan warung miras. Walau awalnya Ms. Xu merasa terpaksa dengan perintah Lizheng, Jiu yang dari orok udah membawa sifat lembut dan baik hati ini akhirnya membuat Ms. Xu melunak.

Di dalam keseharianya, Jiu Niangzi diajarin untuk melayani tamu dan mengantar minuman kepada tamu yang berkunjung. Ketika mulai tumbuh dewasa, Jiu sedikit demi sedikit diajarkan untuk membuat miras. Di sela-sela kesibukannya, kita disuguhkan kisah bahwa Jiu Niangzi yang mulai tumbuh dewasa itu juga masih terus mencari makna Xiangrui lewat percakapan-percakannya dengan Ms. Xu dan warga sekitar. Di dalam beberapa scene juga dilihatkan bahwa Kota Pei sebenernya udah lama kehilangan sosok Xiangrui. Sosok ini akhirnya cuma berakhir menjadi folklore atau cerita rakyat turun-temurun.
Minuman yang enak ditambah sifat baik hati Jiu Niangzi ini adalah kombo maut untuk mendatangkan pengunjung. Warung miras Ms. Xu menjadi makin terkenal dan Jiu juga makin populer nggak hanya di kalangan peminum miras, tapi di kalangan warga yang lain. Sayangnya, Jiu yang dibesarkan oleh Ms. Xu sebagai pengelola warung miras ini nggak sempet buat ngerasain bangku sekolah. Akhirnya Jiu Niagzi sampe gede pun nggak bisa baca. Nggak cuma buta huruf, dia juga punya kesulitan untuk menghitung dan menghapal banyak hal.
Dari sinilah terjadinya pergeseran meme “berotak Regulus” menjadi “berotak Jiu“.

Long story short, di event Light to The Tavern, kita bisa melihat bahwa Jiu Niangzi yang punya kesedihan dan trauma akibat ditinggal oleh Daoist dan ibu kandungnya, lambat laun mulai merasakan kasih sayang seorang Ibu. Di titik inilah dia mulai lupa akan tujuannya menjadi Xiangrui.
Hubungan Jiu dengan Ms. Xu makin akrab setelah terbitnya larangan mabuk-mabukan di waktu tertentu. Konsumsi miras warga dibatasi oleh pemerintah setempat. Hal ini membuat Ms. Xu mengajarkan Jiu banyak hal dari membuat Jiuniang (roti yang kalo disiram air akan menjadi minuman beralkohol) dan meminta Jiu mengantarkan roti-roti Jiuniang itu kepada para pembeli secara diem-diem untuk mengakali aturan (liquor ban). Akibat peraturan ini pun warung miras Ms. Xu jadi sepi.
Di beberapa adegan, kita juga bisa ngeliat kalo sebenernya Jiu Niangzi tuh udah capek dan bingung. Dengan segala keterbatasannya, dia tetep nggak bisa menemukan harus gimana, harus ke mana, dan harus melakukan apa untuk bisa menjadi Xiangrui.
Menurut Jiu Niangzi, Ms. Xu adalah Xiangrui baginya. Dalam pikirannya, Ms. Xu telah banyak mewujudkan banyak hal yang dia inginkan, salah satunya adalah kasih sayang seorang ibu. Di titik ini Jiu juga merasa bahwa nggak menjadi Xiangrui juga gapapa, toh dia udah hidup bersama Xiangrui. Dia udah menemukan Xiangrui sebagai penuntun jalan hidupnya.
Di titik ini kita juga bisa melihat bahwa Jiu Niangzi berusaha meniru apapun yang dilakukan oleh Ms. Xu dan menerapkan hal-hal yang udah diajarin Ms. Xu. Dari sini juga Jiu Niangzi punya keinginan untuk membuat miras dan meminumnya. Jiu berusaha untuk semirip mungkin dengan Ms. Xu, sosok Xiangrui yang dia cari selama ini.

Jiu Niangzi Sang Penyelamat Miras
Di suatu scene di warung miras, di saat peraayaan Dushuo festival tengah menghitung hari, Jiu Niangzi mendengar percakapan Lizheng dengan para pengunjung warung miras terkait suatu event yang disebut Festoon. Event ini digelar lagi (mungkin ngga rutin diselenggarakan, tergantung maunya Zhici atau yang punya acara aja haha) di beberapa hari sebelum perayaan Dushuo festival. Festoon ini intinya adalah lomba lari dan mengumpulkan bendera di 5 titik dalam kota. Siapa yang berhasil mengumpulkan bendera dan tiba di garis finish paling cepat, dia yang menang.
Pemenang dari lomba lari ini boleh minta hadiah apa aja ke Zhici dan ada kemungkinan dikabulkan.
Jiu Niangzi yang mendengar ini pun langsung berbinar-binar. Dia bertanya kepada Lizheng, apakah dengan memenangi perlombaan bisa membuatnya mendapat akses ke arsip kota Pei dan membaca banyak buku di sana (walau dia juga nggak bisa baca, haha).
Keesokan paginya, perlombaan dimulai. Jiu masih dengan outfit satu-satunya berwarna hijau. Dia berlari untuk mengambil 5 bendera yang melambangkan 5 warna biji gandum atau grains.

Setelah satu setengah jam berlalu, Lizheng dan Facao sedikit berbincang terkait siapa yang bakal memenangi lomba. Biasanya, lomba-lomba lari ini selalu dimenangkan oleh tim patroli keamanan Facao, karena ya memang paling paham sudut-sudut kota Pei.
Tiba-tiba terdengar riuh para penonton, terlihat ada seseorang berwarna hijau berlari dengan cepat dan membawa semua bendera yang dijadikan objek perlombaan. Itu bukan tim patroli keamanan Facao.
Tapi, Jiu Niangzi.
Jiu Niangzi pun langsung disambut gembira oleh Ms. Xu.

Sorak-sorai pun bergemuruh. Seperti melihat sesuatu yang nggak biasa terjadi. Perlombaan seperti ini yang biasa dimenangi oleh tim patroli Facao, kali ini dimenangi oleh gadis buta huruf, Jiu Niangzi. Lizheng yang masih nggak percaya akan pencapaian Jiu Niangzi ini pun kembali menawarkan hadiah yang bisa dibawa pulang sang pemenang lomba.
Biasanya, pemenang lomba akan memilih untuk membawa pulang beberapa kantong beras/gandum dan beberapa kendi miras. Tapi Jiu Niangzi nggak begitu. Bahkan Lizheng masih menawarkan apakah Jiu akan tetap meminta akses ke arsip-arsip kota Pei atau nggak.
Tapi Jiu berkata lain.

Jiu meminta kepada Lizheng untuk menghapus peraturan terkait larangan minum para warga (liquor ban) supaya Ms. Xu tetep bisa jualan miras tanpa kucing-kucingan.
Warga yang tadinya penuh sorak-sorai pun terdiam. Mereka berpikir ini bukanlah sesuatu yang pantas diucapkan di depan pengurus kota.
Tapi bukan Lizheng kalo nggak bijak dalam melihat sesuatu. Dia menyuruh Facao untuk mengambil surat yang berisikan peraturan pelarangan minum di kota Pei. Lizheng berujar bahwa peraturan yang membatasi aksi minum-minum warga adalah semata-mata karena musim paceklik. Di beberapa tahun ke belakang, jumlah hasil panen menurun. Daripada dibuat untuk minum-minum, hasil panen dan grains lebih baik untuk dijadakan bahan pangan.
Tapi, musim ini hasil panen membaik, simpanan bahan pangan dan grains meningkat. Lizheng sambil membacakan peraturan larangan itu, di depan para warga, memberitahukan bahwa pembatasan minum-minum warga resmi dicabut.

Masyarakat kembali bergemuruh.
Seperti melihat sang penyelamat, Jiu Niangzi dielu-elukan oleh warga. Gara-gara Jiu Niangzi, mereka kini bisa minum-minum dengan bebas lagi.
Dari sinilah kepopuleran Jiu Niangzi kian meroket.
Patah Hati Kedua
Keesokan harinya setelah liquor ban dicabut, warung Ms. Xu pun kembali ramai, Jiu Niangzi mendapat banyak pujian dari pelanggan. Para pelanggan setia menganggap bahwa Jiu Niangzi adalah benar-benar didikan dari Ms. Xu, semua yang Ms. Xu lakukan, Jiu mampu lakukan.
Akhirnya, Dushuo festival pun tiba. Acara ini adalah untuk memeriahkan hari pertama di tahun baru. Tradisinya, banyak warga akan pergi ke jembatan keramat yang telah lama rusak untuk berdoa. Semenjak jembatan yang menghubungkan kota Pei dengan kuil keramat itu rusak, para warga nggak punya akses untuk menyebrangi sungai Peilin yang telah mengering.
Ms. Xu pun mengajak Jiu Niangzi untuk berdoa di pinggir jembatan. Telah banyak warga yang berdatangan untuk meminta dan berdoa. Di sana terjadi percakapan yang cukup serius antara Jiu Niangzi yang mempertanyakan kenapa para warga tetap berdoa walau mereka tau doanya nggak akan didengar atau tanpa tau akan terkabul atau nggak.
Di tengah pembicaraan tersebut, tiba-tiba Ms. Xu membuat Jiu Niangzi terhenti sejenak.

Ms. Xu hendak meninggalkan kota Pei, meninggalkan warung mirasnya, untuk mengikuti jejak ayahnya yang telah berkeliling dunia. Dan tentu aja meninggalkan Jiu yang udah hampir berhenti ngejar tujuan hidupnya menjadi Xiangrui.
Jiu terdiam, pikirannnya langsung pergi ke masa di mana dia ditinggalkan oleh Daoist dan ibunya di depan gerbang kota Pei. Ditinggal begitu aja tanpa ada rasa sedih dan rasa ragu.

Usut punya usut, sebenernya Ms. Xu udah lama kepengin pergi dari kota Pei dan pergi menjelajah dunia. Tapi semenjak adanya liquor ban alias pembatasan minum-minum, para warga jadi sangat bergantung dengan Ms. Xu, karena cuma dia yang bisa membuat Jiuniang alias roti yang dimakan dengan cara disiram air lalu akan menjadi miras.

Jiu akhirnya merasakan patah hati keduanya.
Beberapa hari setelahnya, berita kepergian Ms. Xu pun didengar warga. Banyak warga yang sedih akan niat Ms. Xu yang pergi dari Pei City. Para warga pun mengantar Ms. Xu ke depan pintu gerbang kota Pei untuk mengucapkan selamat tinggal.
Namun, Jiu Niangzi nggak ada di sana. Banyak orang mengira kalau Jiu Niangzi udah pindah bekerja ke tempat lain di sekitaran distrik kota Pei.

Mengubah Warga Menjadi Lushu untuk Pertama Kalinya
Di chapter akhir Light to The Tavern, terjadi time skip dan menjelaskan bahwa warung miras Ms. Xu telah diambil alih dan diteruskan oleh orang lain. Warung miras itu selalu sepi karena sang owner barunya nggak pandai meracik miras.
Jiu Niangzi yang telah lama nggak berkabar, tiba-tiba datang ke warung dan kaget kalau warung miras yang ditinggal oleh Ms. Xu telah dikelola oleh orang lain. Jiu pun masuk dan hendak mencicipi miras racikan sang pengelola yang baru.
Baru diminum sedikit, langsung dilepeh. Rasanya sangat jauh dari racikan Ms. Xu. Jiu pun memberitahu sang pengelola beberapa hal yang membuat mirasnya menjadi nggak enak. Nggak lama, Jiu Niangzi mencari sisa-sisa gentong miras peninggalan Ms. Xu dan memecahkan segel gentong yang sudah membatu tersebut.
Aromanya langsung tercium semerbak bahkan membuat sang pengelola takjub. Sang pengelola pun mengajak Jiu untuk duduk meminumnya. Jiu pun mengambil mangkuk dan sendok miras yang biasa dia gunakan di dapur. Begitu kembali untuk menghampiri sang pengelola, tiba-tiba dia hilang.
Hanya tersisa seekor kuda bercorak harimau di samping meja tempat pengelola tadi meminum mirasnya. Ternyata, ketika segel gentong dipecahkan, boneka-boneka jelangkung Jiu udah duluan nyemplung, sampai akhirnya dituang ke mangkuk oleh sang pengelola.
