Rangkuman Lore Getian, Reverse 1999

Rangkuman Lore Getian, Reverse 1999

Getian adalah salah satu karakter yang cukup mencuri perhatian di salah satu event krusial di Reverse 1999 global, yaitu di Notes on Shuori. Di event itu, Jiu Niangzi adalah sang aktris utama karena memang menjadi karakter limited perdana di Reverse 1999 global.

Walau bukan karakter utama, Getian hadir menjadi juru kunci untuk membongkar ilmu santet Jiu Niangzi yang membuat geger seisi kota Pei dan konflik yang menjadi pemicu utama di Notes on Shuori.

Dari sinilah kehebohan-kehebohan lainnya terungkap. Getian yang punya skill arcanist membaca gerak-gerik perilaku sampai sifat dengan hanya membaca tulang targetnya (bone reading), mampu membaca bahwa Jiu Niangzi adalah biang kerok dari semua masalah.

Untuk yang ketinggalan atau nggak sempet pull Jiu Niangzi, bisa klen simak rangkuman perjalanan ceritanya di sini.



Getian itu Siapa, Sih?

Getian adalah seorang Miemeng atau manusia setengah burung yang menjadi folklore turun-temurun di kebudayaan eastern, atau di sini kota Pei sebagai latar belakangnya. Bangsa Getian sendiri sering dianggap sebagai Xiangrui oleh para warga kota Pei karena mampu mengabulkan banyak permintaan. Intinya, ya sakti mandraguna, sampe sering dikira dewa.

Nama aslinya sendiri adalah, Yanping. Kenapa disebut Getian, karena Yanping adalah satu-satunya manusia burung atau Miemeng yang tersisa sampai dengan sekarang. Lore dari Getian sendiri diceritain lewat event berbeda dengan judul, Flowing in The Wind.



Sebagai ras manusia burung yang sakti, Yanping adalah salah satu yang paling panjang umurnya. Dalam kultur bangsa Getian, masing-masing dari mereka adalah seorang bone collector atau pengumpul tulang. Mereka mampu membaca nyaris segala jenis kejadian atau memori-memori semasa hidup seseorang cuma dari dari sisa-sisa tulangnya. Pun begitu halnya ketika sesama dari bangsa Getian tutup usia, Getian yang lain akan mengumpulkan sisa-sisa tulang sesamanya yang mati tersebut ke kuil keramat untuk disimpan.

Ketika ngomongin keseharian dari Getian, anak-anak jaman sekarang tentunya akan sangat relate, dan mungkin malah jadi gaya hidup yang didamba-damba para anak muda.

Lah kok bisa?

Yha, karena Getian ini literally mager alias nggak ngapa-ngapain seharian selain rebahan. Dan ini bener-bener keseharian dari bangsa Getian. Mereka hidup sangat damai, sangat pendiam, terisolir dari hingar-bingar dan sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Mereka akan menghabiskan nyaris semua waktunya untuk beristirahat di pohon, membaca tulang, dan mendengar bahasa-bahasa yang dibawa angin ketika melewati pohon tempat mereka berisitirahat.

Keseharian bangsa Getian ini juga yang membuat karakter manusia burung ini menjadi sangat tenang dan nyaris tanpa ekspresi. Getian nggak pernah ingin bertarung dan sangat menghindari konflik. Dipukulin sama pasukannya Facao pun lebih memilih diam dan mendengarkan. Bahkan, ketika kita memilih kartu skill ultimate Getian, doi akan bilang, “Confrontation was never to my liking.”


Yanping akan menghabiskan waktunya dengan mengamati lingkungan sekitar di dahan pohon, bermain musik menggunakan seruling dari tulang, atau sekedar tidur siang tapi bangunnya baru besok sore. Terlihat males sekali, bukan?

Walau keliatan malas, Yanping sangat pintar dan punya wawasan luas. Keseharian dari para bangsa Getian membaca tulang-belulang, membuat mereka sangat pintar. Layaknya membaca ratusan buku setiap hari. Mereka membaca memori-memori yang tersimpan dalam tulang dan mempelajarinya. Yanping pun demikian. Walau nyaris hampir nggak pernah berinteraksi dengan manusia, dia sangat mengerti apa aja yang terjadi dengan dunia manusia, dan kenapa manusia sering menganggap bangsanya adalah dewa yang mampu mengabulkan permintaan.



Konflik Getian dengan Manusia

Selain menceritakan masa lalu dari Getian, event Flowing in The Wind juga menjawab missing link dari event utama Notes on Shuori terkait masa lalu dan motif Getian yang sampe turun membantu Yenisei dan Bessmert untuk menguak kekuatan santet Jiu Niangzi. Motif Getian membantu manusia atau ingin mengenal manusia lebih dalam pun menjadi konflik internal yang intens dan sulit dijawab.

Di sini diceritakan bahwa godaan utama bangsa Getian adalah rasa ingin tahu, atau curiosity. Semakin banyak tahu, maka semakin banyak pula hal yang nggak kita tahu, semakin banyak yang nggak kita tahu, hanya akan membuat rasa ingin tahu makin tinggi. Begitulah inti dari masalah yang ada di dalam kepala filsuf-filsuf setengah manusia setengah burung ini.

Satu per satu, kerabat dari Getian meninggalkan pohon atau dataran tempat mereka tinggal untuk pergi mencari rasa ingin tahunya. Ada yang berbaur dengan manusia, ada yang tinggal dengan manusia, ada yang entah nggak berkabar. Kejadian ini terjadi beratus-ratus tahun, sampai akhirnya, menyisakan Yanping seorang diri yang memungut tulang-belulang sodara-sodaranya untuk dibawa pulang.

Di event Notes on Shuori, sedikit diceritakan bahwa Getian semasa kecil jatuh cinta dengan kultur manusia yang melarung kapal-kapal kertas berisi lilin menyala di sungai Pei pada malam hari (salah satu kegiatan menjelang Dushuo festival).

Langit malan yang terpantul di air sungai Pei dan ratusan kapal-kapal kertas berisi lilin menyala, adalah salah satu momen yang ditunggu Getian. Perayaan tersebut adalah perayaan yang dilakukan warga kota Pei dan kapal-kapal kertas yang dilarung ke sungai Pei adalah wujud dari permohonan doa agar dikabulkan. Getian suka dengan kegiatan manusia yang penuh harapan seperti itu walau doi tau permintaan-permintaan mereka nggak ada yang mengabulkan.

Namun, setelah banjir bandang di sungai Pei yang menghancurkan jembatan penghubung kota Pei dengan kuil keramat, kegiatan melarung kapal kertas itu pun perlahan-lahan berhenti dilakukan. Sampai pada akhirnya sungai Pei mengering, warga kota Pei pun berhenti melakukan perayaan doa dan melarung kapal-kapal kertas.

Dari sini lah asal muasal Getian jadi sering turun gunung untuk pergi ke dekat kota Pei dan berusaha melihat manusia dan membaca tulangnya dari dekat. Dan di opening atau trailer Notes on Shuori, di sanalah pertama kalinya pertemuan Getian dengan Yenisei dan Bessmert terjadi.



Pertemuan Getian dengan St. Pavlov

Plot twist terbesar di lore Getian ini adalah cara pertemuannya dengan perwakilan dari St. Pavlov.

Setelah berpisah dengan Yenisei dan Bessmert di depan pintu gerbang kota Pei (akhir chapter Notes on Shuori), mereka sepakat bahwa suatu saat akan bertemu lagi. Namun, kepergian Jiu Niangzi yang tanpa jasad dan tanpa kabar setelah berhasil melompati jembatan, masih menggantung di kepala Getian. Di sinilah upaya Getian untuk mencari Jiu Niangzi.

Getian pun terbang mencari lokasi dengan bantuan informasi dari burung-burung sekitar. Sampai akhirnya Getian mendarat di suatu lahan yang berisikan banyak kantung biji-biji gandum. Getian pun memilih beristirahat dan memakannya.

Bukannya kenyang, Getian malah mabuk dan kehilangan kesadaran.

Esok paginya, Getian tersadar dan malah kembali ke kota Pei. Di hadapannya sudah ada Lizheng yang memasang wajah penuh pertanyaan. Getian yang baru sober ini pun juga memasang wajah penuh tanda tanya. “Anying, kok aing balik lagi ke sini.” Mungkin itu yang ada di kepalanya.

Ternyata, biji gandum tersebut memang sengaja disiapkan oleh St. Pavlov untuk mengusir para gangguan critter di malam hari, yaitu biji gandum yang udah direndam oleh liquor. Tapi sayangnya, nggak sengaja dimakan oleh Getian.

Setelah terjadi percakapan cukup panjang dengan Lizheng, terdapat suatu plot twist yang sebenernya udah ditebak Getian. Yha, siapa sosok Lizheng yang sebenarnya. Di Notes on Shuori, Getian sudah pernah mempertanyakan bahwa Lizheng memiliki struktur tulang yang nggak biasa yang dimiliki orang seumurannya.

Yha, karena sosok Lizheng ini sebenernya hanya ada di dalam kepala Getian.

Lizheng dulunya adalah salah satu anak kecil yang pernah berdoa di bawah pohon tempat tinggal Getian, dan memberikan cendera mata berbentuk kalung, yang sampai saat ini masih terus dibawa Getian ke mana-mana beserta tongkat tulangnya.

Hanya dengan hitungan jentikan jari, Lizheng berubah wujud menjadi Leonid.



Lizheng adalah Leonid yang sebenernya menyamar sejak lama menggunakan tehnologi Artificial Somnambulism buatan St. Pavlov.

Leonid adalah salah satu anggota dari St. Pavlov yang bertugas di Divisi Riset, dan tugas utamanya adalah mengumpulkan segala bentuk informasi dari seorang Arcanist dan mengklasifikasikannya sebagai Arcanist baik atau jahat (hostile).

Sempet dikira memiliki kemampuan Arcanist di atas rata-rata karena mampu mengelabui bone reading milik Getian, tehnik penyamaran ini justru berasal dari suatu teknologi buatan St. Pavlov. Dinamakan Artificial Somnambulism, yang artinya adalah tidur berjalan (sleepwalking) buatan. Intinya, seseorang akan melihat hal-hal yang tersimpan dalam memorinya secara nyata, namun itu hanyalah untuk mengelabui alam bawah sadar sang target operandi.

Apa yang terjadi setelah ini adalah percakapan-percakapan yang menceritakan Getian dan masa lalunya seperti yang udah gue tulis di siapa itu Getian dan konfliknya dengan manusia.



Dari jawaban Leonid di atas, Getian dengan sangat jelas udah diincar untuk dipelajari sejak lama oleh St. Pavlov. Semua hal-hal seperti kota Pei, Lizheng, Yenisei, Bessmert, dan segala kultur di kota Pei adalah rekayasa yang terencana dan terstruktur dari St. Pavlov untuk bisa mempelajari Jiu Niangzi dan Getian.

Kita juga bisa melihat di akhir Notes on Shuori, bahwa perjalanan yang dirangkum menjadi sebuah buku tersebut akan kembali dilaporkan ke St. Pavlov cabang Russia. Kita juga bisa melihat ending dari Yenisei yang akhirnya ditransfer ke tim ekspedisi karakter utama kita, Vertin.

Di akhir cerita, Getian dianggap sebagai seorang Arcanist non hostile dan kemungkinan besar akan banyak membantu atau bekerja sama dengan St. Pavlov di kemudian hari (registered as an non hostile arcanist).

Setelah melihat twist ini, apakah segala hal yang terjadi di Notes on Shuori ini hanyalah rekayasa belaka dari St. Pavlov untuk mempelajari dan merekrut para Arcanist?

By The Weakling Casuls

Menulis berita dan opini seputar gaming setiap hari. Sering kena roasting sama akun anon di grup Facebook PC dan konsol bajakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Index